Selasa, 30 Oktober 2012

PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL


BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN MUATAN LOKAL

Muatan Lokal adalah suatu program pendidikan dan pengajaran yang dimaksudkan untuk menyesuaikan isi dan penyampaiannya dengan kondisi masyarakat di daerahnya. Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester.




B.       TUJUAN MUATAN LOKAL

Tujuan pendidikan nasional dan tujuan lembaga pendidikan tetap jadi kerangka acuan bagi pelaksanaan Muatan Lokal, maka dari itu isinya tidak mengubah esensi pendidikan nasional. Muatan lokal merupakan pengaya kurikulum nasional, dengan demikian tujuannya adalah memperkaya dan memperluas pendidikan nasional namun tidak boleh bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional.
Tujuan utama masuknya muatan lokal dalam kurikulum nasional hanya untuk menyelaraskan materi yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kondisi lingkungannya, mengoptimalkan sekaligus menanamkan nilai budaya daerah tersebut kepada siswa dengan harapan budaya dan perkembangan daerah tersebut akan maju dan berdampak positif bagi kemajuan perkembangan pendidikan nasional.
Selengkapnya, tujuan diadakannya Muatan Lokal adalah sebagai berikut:
1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan  budayanya,
2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya,
3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.






Muatan lokal sangat diperlukan, apalagi untuk kemajuan daerah yang otomatis berdampak baik bagi kemajuan nasional, untuk itu muatan lokal sangat diperlukan sebagai bentuk pengembangan tersebut.
Secara nasional muatan lokal diperlukan untuk:
1. Pelestarian budaya
2. Pengembangan kebudayaan
3. Pengubahan sikap lingkungan terhadap lingkungan

Dilihat dari kewajiban sekolah muatan lokal harus diberikan karena:
1. Sebagai tanggung jawab sekolah
2. Memberikan pendidikan lingkungan
3. Memenuhi kebutuhan murid dan pembangunan masyarakat

Ditinjau dari sudut murid (peserta didik) muatan lokal diberikan karena:
1. Mengakrabkan murid dengan lingkungan
2. Melatih murid berpikir analitis
3. Dapat mengembangkan potensi murid

C.      PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL
1. Landasan pengembangan muatan lokal
            Sesuai dengan undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada bab X Pasal 36 ayat 1 dan 2 :
a.       Pengembangan kurikuum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b.      Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.



Selain itu pada pasal 37 ayat 1, kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat :
a.       pendidikan agama
b.      pendidikan kewarganegaraan
c.       Bahasa
d.      Matematika
e.       Ilmu Pengetahuan Alam
f.       Ilmu Pengetahuan Sosial
g.      Seni dan Budaya
h.      Pendidikan Jasmani dan Olahraga
i.        Keterampilan/kejuruan
j.        Muatan Lokal

Ruang lingkup muatan lokal berdasarkan BSNP, 2006 :
            Lingkup isi jenis muatan lokal dapat berupa : bahasa daerah, bahasa inggris, kesenian daerah, budaya daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.

2. Dasar Pengembangan Muatan Lokal
Ada dua arah pengembangan dalam muatan lokal, yaitu :
a. Pengembangan untuk jangka jauh
Agar para siswa dapat melatih keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan harapan yang nantinya dapat membantu dirinya, keluarga, masyarakat dan akhirnya membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karena itu perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang harus direncanakan secara sistematik oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat setempat dengan perantara pakar-pakar pada instasi terkait baik negeri maupun swasta.
b. Pengembangan untuk jangka pendek
Perkembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah setempat dengan cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun GBPP-nya dan direvisi setiap saat.

Dalam Pengembangan selanjutnya ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Perluasan muatan lokal
Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang ada di daerah itu yang terdiri dari berbagai jenis jenis muatan lokal misalnya : pertanian, kalau sudah dianggap cukup ganti peternakan, perikanan, kerajianan dan sebagainya. Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja dari berbagai muatan lokal sedang pendalamanya dilaksanakan pada periode berikutnya.

b. Pendalaman muatan lokal
Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam samapai mendalam, misalnya masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai bagaimana cara memupuk, memelihara, mengembangkan, pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena itu pelajaran ini diberikan pada siswa yang telah dewasa.

c. Berhasil atau tidaknya pengembangan disekolah tergantung pada :
1) Kekreatifan guru.                                             
2) Kesiapan siswa
3) Kesesuaian program                        
4) Partisipasi masyarakat setempat
5) Ketersediaan sarana dan prasarana                  
6) Cara pengeloaan
7)  Pendekatan kepala sekolah dengan nara sumber dan instansi terkait




3. Pola Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal
a. Pendekatan politik
Pendekatan politik bertolak pada asumsi bahwa pelajaran mempunyai otonomi masing masing. Sehingga mata pelajaran dipandang sebagai suatu sistem yang mempunyai komponen ciri, tujuan, metode tertentu.

b. Pendekatan terpadu
Pendekatan ini beranggapan bahwa semua mata pelajaran merupakan satu kesatuan, saling terpadu dan berhubungan satu sama lain. Hal tersebut sejalan dengan memasukkan muatan lokal dalam kurikulum yang berlaku, caranya:
1) Membentuk gagasan pokok
Guru dapat menyusun gagasan pokok yang bersumber dari kehidupan masyarakat sebagai inti program muatan lokal.

2) Mengaitkan pokok bahasan dengan pola kehidupan
Guru mempelajari GBPP kemudian mengambil pokok atau sub bahasan yang mungkin dapat dikaitkan dengan gagasan pokok dalam kehidupan masyarakat.


4. Pola pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal Dalam KTSP.
 Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah.
  Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam.

Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:
1)  Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable development);
2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuankemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan;
3) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya.

b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal.
Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:
1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
2) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu;
3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta;
4) Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari;

c. Menentukan bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
2) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;
3) Tersedianya sarana dan prasarana
4) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa
5) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan
6) Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah;

d. Menentukan mata pelajaran
Muatan Lokal Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

e.  Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP.
Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan.
b) Pengembangan Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai.
c) Pengembangan silabus secara umum.



5. Pelaksanaan Mata Pelajaran Muatan Lokal
            Sekolah yang mampu mengembangkan SK dan KD beserta silabus dan RPP-nya dapat melaksanakan Muatan lokal. Bila belum mampu, dapat melaksanakan Muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh sekolah, atau dapat meminta bantuan kepada sekolah lain yang masih dalam satu daerah.
Bila beberapa sekolah dalam satu daerah belum mampu mengembangkan SK dan KD Muatan lokal, dapat meminta bantuan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) di daerah setempat, atau meminta bantuan dari LPMP di propinsi.

6. Hal-hal yang Perlu di Perhatikan Dalam Mengembangkan Muatan Lokal
1.  Bahan kajian hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
2.  Program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatan dengan peserta didik yang meliputi dekat secara fisik dan secara psikis.
3. Bahan pelajaran hendaknya memberikan keluwesan kepada guru dalam memilih metode mengajar dan sumber belajar seperti buku dan narasumber.
4. Bahan kajian yang diajarkan harus bersifat utuh. (mengacu pada tujuan pembelajaran yang berguna dan bermakna).
5.  Alokasi waktu memperhatikan jumlah minggu efektif untuk mata pelajaran muatan lokal setiap waktunya.

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPS DI SD


PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPS DI SD
                                                                                

A. Pengertian Pengembangan Pembelajaran IPS di SD
1. Pengertian Pengembangan
Pengembangan berasal dari kata ‘kembang’ yang berarti menjadi bertambah sempurna. Kemudian mendapat imbuhan pe- dan –an yang berarti proses. Sehingga pengembangan disini berarti usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan agar lebih sempurna.
    
2. Pengertian Pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Definisi pembelajaran menurut para ahli :
1.    Crow & Crow, Pembelajaran adalah pemerolehan tabiat, pengetahuan dan sikap
2.    Rahlil Mahyuddin, Pembelajaran adalah Perubahan tingkah laku yang melibatkan keterampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan kemahiran intelek.
3. Pengertian IPS
Moeljono Cokrodikarjo, mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, yakni sosiologi, antropologi, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD, berusaha memberikan wawasan secara komperehensif tentang peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial

4. Pengertian SD
Sekolah dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Dilaksanakan dalam waktu 6 tahun, pelajar SD umumnya berusia 7-12 tahun.

      5. Pengertian pengembangan pembelajaran IPS di SD
Pengembangan pembelajaran IPS di SD berarti penyempurnaan tujuan, isi pelajaran, metode, media, dan strategi dalam kegiatan belajar mengajar IPS pada jenjang sekolah dasar.
Berbagai tradisi dalam ilmu sosial, termasuk konsep, teori, fakta, struktur,-
metode dan penanaman nilai-nilai dalam ilmu sosial perlu dikemas secara integrative dan komunikatif serta relevan dengan situasi dan kondisi yang berkembang dalam masyarakat.
            Di dalam KTSP 2006, menegaskan bahwa melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi Warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab serta warga dunia yang cinta damai. Fenomena kehidupan global di masa mendatang yang penuh dengan tantangan, menuntut mata pelajaran IPS untuk dirancang bisa mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
            Pembelajaran IPS di SD perlu disusun secara sistimatis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat.

     6. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut KTSP 2006, Tujuan mata pelajaran IPS di SD agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain sebagai berikut :
-          Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
-          Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
-          Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat.
     7. Pengembangan Model-model pembelajaran IPS di SD

Untuk menumbuhkan motivasi dan partiipasi siwa, perlu dikembangkan 
                model-model pembelajaran IPS yang kreatif dan inovatif, seperti :
                1.  Pengajaran langsung (Direct Intruction)
Model pengajaran ini banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang sering disebut belajar melalui observasi.
                2.  Model Pembelajaran berdasar masalah (problem solving)
Model pengajaran ini menyajikan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah yang diberikan.
    3.  Model Pembelajaran Inkuiri (penemuan)
Model pengajaran ini dapat merangsang siswa untuk melakukan penyelidikan sehingga menemukan sesuatu.
           
Dalam upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS guru Sekolah Dasar hendaknya menerapkan model-model pembelajaran, sehingga dapat terjadi proses pembelajaran yang aktif , kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan.





B. Ayat AlQuran tentang perintah belajar
1. (Al-Fatihah [1] : 6-7 )





Artinya : “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.  (Al-Fatihah [1] : 6-7 )

     Dalam ayat ini, tersirat perintah untuk mempelajari sejarah. Ada tiga kelompok yang disebutkan dalam ayat ini :
     1. Kelompok yang telah diberi nikmat oleh Allah.
     2. Kelompok yang dimurkai Allah.
     3. Kelompok yang sesat.
Ketiga kelompok ini adalah generasi yang telah berlalu, Ibnu katsir dalam bukunya “al-maktabah al-syamilah”menafsirkan kelompok pertama adalah orang yang berilmu dan beramal yaitu para nabi, para shiddiqin, dan para shalihin (dijelaskan dalam QS. An-nisa [4] : 69-70) . Kelompok kedua adalah orang yang berilmu tetapi tidak beramal, seperti orang-orang Yahudi. Dan Kelompok ketiga adalah orang yang kehilangan ilmu, walaupun mereka masih beramal (dijelaskan dalam QS. At-Taubah [9] : 31 )
2. ( QS. Al-‘Alaq [96] : 1-5 )









Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan Tuhanmulah Yang maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( QS. Al-‘Alaq [96] : 1-5 )


Pada ayat pertama dalam surat ini terdapat kata iqra’dimana melalui malaikat jibril Allah memerintahkan kepada Muhammad untuk “membaca” (menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui).
Wahyu pertama tersebut tidak menjelaskan menjelaskan apa yang dibaca, karena Al-Quran menghendaki umatnya membaca apa saja, selama bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. ( Shihab (1997) )

3. (QS. An-Nahl [16] :78)





Artinya : “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
(QS. An-Nahl [16] :78)

Isi kandungan surah ini adalah Allah SWT. Dengan kekuasaan-Nya mengeluarkan bayi melalui proses kelahiran ibunya. Bayi lahir dengan keadaan lemah dan dalam keadaantidak mengetahui apa-apaatau suatu apapun. Dengan kemurahan-Nya Allah memberikan anugerah kepada bayi tersebut diantaranya pendengaran, penglihatan, hati, agar mampu bersyukur, dengan cara pendengaran untuk mendengar, penglihatan untuk melihat, dan hati untuk merasa.
      Dengan kesempurnaan bayi tersebut sudah barang tentu menjadi tugas kewajiban kedua orangtua untuk merawat , membesarkan, dan memberi pendidikan hingga menjadi kuat, cerdas dan dewasa.




INOVASI PEMBELAJARAN KUANTUM


BAB 1
PENDAHULUAN

A.                LATAR BELAKANG
Hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak yang berkepentingan. Hal tersebut setidak-tidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, perkembangan kebutuhan dan aktivitas berbagai bidang kehidupan selalu meninggalkan proses/hasil kerja lembaga pendidikan atau melaju lebih dahulu daripada proses pengajaran dan pembelajaran sehingga hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran tidak cocok/pas dengan kenyataan kehidupan yang diarungi oleh siswa. Kedua, pandangan-pandangan dan temuan-temuan kajian (yang baru) dari berbagai bidang tentang pembelajaran dan pengajaran membuat paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaran yang ada sekarang tidak memadai atau tidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan negatif tentang hasil pengajaran dan pembelajaran menuntut diupayakannya pembaharuan paradigma, falsafah, dan metodologi pengajaran dan pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan mutu dan hasil pembelajaran dapat makin baik dan meningkat.
Dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia telah berkelebatan. Beberapa di antaranya yaitu pembelajaran konstruktivis, pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran aktif, pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning, CTL), pembelajaran berbasis projek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran interaksi dinamis, dan pembelajaran kuantum (quantum learning). Dibandingkan dengan falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya, falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang disebut terakhir tampak relatif lebih populer dan lebih banyak disambut gembira oleh kalangan di Walaupun demikian, masih banyak pihak yang mengenali pembelajaran kuantum secara terbatas – terutama terbatas pada bangun (konstruks) utamanya.



B.                 RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah dari judul makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana latar belakang atau sejarah kemunculan pembelajaran kuantum ?
2.      Apa yang menjadi landasan pembelajaran kuantum ?
3.      Apa saja prinsip dan strategi dalam pembelajaran kuantum ?
4.      Bagaimana model pembelajaran kuantum ?.

C.                BATASAN MASALAH
Sangatlah penting bagi penulis dalam membatasi masalah untuk membuat pembaca mudah memahaminya. Penulis hanya membahas tentang inovasi dalam pembelajaran kuantum. Menjaga efesiensi judul makalah agar lebih terfokus pada rumusan masalah dan judul makalah.


D.        TUJUAN DAN MANFAAT
            1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah.
            2. Membekali diri akan konsep-konsep dan teori-teori inovasi pembelajaran kuantum.
3. Agar mahasiswa/calon guru memahami inovasi pada pembelajaran kuantum serta dapat menerapkan pembelajaran kuantum dalam melaksanakan proses belajar mengajar.









BAB II
PEMBAHASAN

A.                LATAR BELAKANG MUNCULNYA PEMBELAJARAN KUANTUM
Tokoh utama di balik pembelajaran kuantum adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran kuantum. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat. SuperCamp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembanga potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran kuantum kepada para remaja di SuperCamp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980-an.
Pada tahap awal perkembangannya, pembelajaran kuantum terutama dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja di rumah atau ruang-ruang rumah; tidak dimaksudkan sebagai metode dan strategi pembelajaran untuk mencapai keberhasilan lebih tinggi di sekolah atau ruang-ruang kelas. Lambat laun, orang tua para remaja juga meminta kepada DePorter untuk mengadakan program program pembelajaran kuantum bagi mereka.
Model pembelajaran kuantum dicetuskan oleh seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria Georgi Lozanov yang melakukan uji coba tentang sugesti dan pengaruhnya terhadap faktor belajar, teorinya yang terkenal disebut suggestology. Menurut Lozanov, pada prinsipnya sugesti itu mempengaruhi hasil belajar. Teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif dalam belajar diantaranya yaitu mendudukkan siswa secara nyaman, memasang musik di dalam kelas atau lapangan, meningkatkan partisipasi siswa, menggunakan poster-poster dalam menyampaikan suatu informasi, dan menyediakan guru-guru yang berdedikasi tinggi.

           Pembelajaran kuantum sebagai salah satu model, strategi dan pendekatan pembelajaran khususnya menyangkut keterampilan guru dalam merancang, mengembangkan dan mengelola sistem pembelajaran sehingga guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, menggairahkan, dan memiliki keterampilan hidup (Kaifa, 1999). Dengan demikian model pembelajaran kuantum ini merupakan bentuk inovasi penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar.

Demikianlah, metode pembelajaran kuantum merambah berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran kuantum merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
yang membentuk bangun pembelajaran kuantum. Pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang termuat dalam Quantum Learning selanjutnya diterapkan, dipraktikkan, dan atau diimplementasikan dalam lingkungan bisnis dan kelas (sekolah). Hal tersebut sekaligus memperlihatkan betapa populer dan menariknya falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum di Indonesia dan bagi komunitas masyarakat Indonesia. Popularitas dan kemenarikan pembelajaran kuantum makin tampak kuat-tinggi ketika frekuensi penyelenggaraan seminar-seminar, pelatihan-pelatihan, dan pengujicobaan pembelajaran kuantum di Indonesia makin tinggi.


B.                 LANDASAN PEMBELAJARAN KUANTUM
              

           Istilah “Quantum” dipinjam dari dunia fisika yaitu interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Maksudnya dalam pembelajaran kuantum, pengubahan bermacam-macam interaksi dalam kegiatan belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar secara aktif dan efisien. Selain itu, adanya proses pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, penyertaan segala yang berkaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan moment belajar, fokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, seluruhnya adalah hal-hal yang melandasi pembelajaran kuantum.

Ada dua konsep utama yang digunakan dalam pembelajaran kuantum dalam rangka mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar yaitu :
1.                  percepatan belajar melalui usaha sengaja untuk mengikis hambatan-hambatan belajar tradisional;
2.                  fasilitas belajar yang berarti mempermudah belajar.
Memahami kehidupan dan dunia anak, merupakan lisensi bagi para guru untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan siswa dalam meraih hasil belajar yang optimal. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam hal ini misalnya mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan peristiwa-peristiwa, pikiran atau perasaan, tindakan yang diperolah siswa dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Setelah kaitan itu terbentuk, maka guru dapat memberikan pemahaman tentang materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan, perkembangan, dan minat bakat siswa.
Pemahaman terhadap “hakikat” siswa menjadi lebih penting sebagai “jembatan” untuk menghubungkan dan  memasukan “dunia kita” kepada dunia mereka. Apabila seorang guru telah memahami dunia siswa, maka siswa telah merasa diperlakukan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, sehinggga pembelajaran akan menjadi harmonis seperti sebuah “orkestrasi” yang saling bertautan dan saling mengisi. Sebuah pepatah mengatakan, ajarilah, tuntun, fasilitasi, dan bimbinglah anak didik kalian, sesuai dengan kebutuhan dan daya pikirnya.

C.                PRINSIP DAN STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN KUANTUM
1.                               Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar). Setiap bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dunia pembelajar sebagai langkah pertama pembelajaran selain juga mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan otentik memasuki kehidupan pembelajar. Untuk itu, pengajar dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki pembelajar sebagai titik tolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan pembelajar baik dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas.
2.                                 Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord. Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran kuantum. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini :
a.      Segalanya berbicara, maksudnya adalah seluruh lingkungan kelas hendaknya dirancang untuk dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa, ini berarti rancangan kurikulum dan rancangan pembelajaran guru, informasi, dan bahasa tubuh, kata-kata, tindakan, gerakan, dan seluruh kondisi lingkungan haruslah dapat berbicara membawa pesan-pesan belajar bagi siswa.
b.      Segalanya bertujuan, maksudnya semua penggubahan pembelajaran tanpa terkecuali harus mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan terkontrol. Sumber dan fasilitas yang terlibat dalam setiap pembelajaran pada prinsipnya untuk membantu perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
c.       Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya sebelum siswa belajar memberi nama (mendefinisikan, mengkonseptualisasi, membedakan, mengkategorikan,) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.
d.      Mengakui setiap usaha, maksudnya semua usaha belajar yang telah dilakukan siswa harus memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya, pengakuan ini penting agar siswa selalu berani melangkah ke bagian berikutanya dalam pembelajaran.
e.      Merayakan keberhasilan, maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan motivasi untuk kemajuan dan peningkatan hasil belajar berikutnya.





     Selanjutanya Bobby DePorter (1992), mengembangkan strategi pembelajaran kuantum melalui istilah TANDUR, yaitu:
a.       Tumbuhkan, yaitu dengan memberikan apresiasi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan siswa telah termotivasi untuk belajar dan memahami Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK).
b.      Alami, berikan pengalaman nyata kepada setiap siswa untuk mencoba.
c.      Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan metode lainnya.
d.      Demonstrasikan, sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan kemampuannya.
e.       Ulangi, beri kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya, sehingga setiap siswa merasakan langsung dimana kesulitan akhirnya datang kesuksesan, kami bisa bahwa kami memang bisa.
f.        Rayakan, dimaksudkan sebagai respon pengakuan yang proporsional.

D.                MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM

Model pembelajaran kuantum identik dengan sebuah simponi dan pertunjukan musik. Maksudnya pembelajaran kuantum, memberdayakan sebuah potensi dan lingkungan belajar yang ada, sehingga proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan dan bukan sebagai sesuatu yang memberatkan. Untuk dapat mengarah yang dimaksud, ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1)  optimalkan minat pada diri;
2) bertanggung jawab pada diri, sehingga anda akan mulai mengupayakan segalanya  terlaksana;
3)  hargailah segala tugas yang telah selesai. (Howard Gardner, dalam DePorter, 2002).
           Tujuan pokok pembelajaran kuantum yaitu meningkatkan partisipasi siswa, melalui pengubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar, meningkatkan daya ingat dan rasa kebersamaan, meningkatkan daya dengar, dan meningkatkan kehalusan perilaku. Berdasarkan prinsip dan asas landasan pembelajaran kuantum, guru harus mampu mengorkestrasi kesuksesan belajar siswa. Dalam pembelajaran kuantum, guru harus memiliki kemampuan untuk mengorkestrasi konteks dan kontens. Konteks berkaitan dengan lingkungan pembelajaran, sedangkan konten berkaitan dengan isi pembelajaran.



1)      Mengorkestrasi kesuksesan belajar melalui lingkungan pembelajaran (konteks)

Dimensi konteks dalam pembelajaran kuntum dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu:
a.      Suasana yang menggairahkan
Untuk menciptakan suasana yang dinamis dan menggairahkan dalam belajar, guru atau fasilitator perlu memahami dan perlu menerapkan aspek-aspek pembelajaran kuantum sebagai berikut.
-          Kekuatan niat dan berpandangan positif
-          Menjalin rasa simpati dan saling pengertian
-          Keriangan dan ketakjuban
-          Meu mengambil risiko
-          Menumbuhkan rasa saling memiliki
-          Menunjukan keteladanan

Penelitian menunjukan, bahwa suasana kelas pembantu psikologis utama yang mempengaruhi kegiatan belajar. Pada dasarnya kelas adalah arena belajar yang dipengaruhi oleh emosi, itu sebabnya disarankan agar guru berupaya menciptakan suasana melalui keenam aspek di atas.  Guru juga dituntut untuk mengetahui karakteristik emosional siswa, karena dengan mengetahui karakteristik  emosional siswa dapat membantu mereka mempercapat hasil belajar. Guru juga harus memiliki kemampuan untuk memotivasi siswa, dan melakukan penghargaan terhadap setiap upaya yang telah dilakuakan oleh siswa. Penghargaan tesebut bukan hanya sekedar material, tetapi dalam bentuk lain seperti pujian, menepuk pundak dsb. Guru perlu memperlakukan siswa sebagai manusia sederajat, mengetahui pikiran, perasaan dan kesukaannya mengenai hal-hal yan terjadi dalam kehidupan siswa, mengetahui apa yang menghambat mereka memperoleh hal-hal yang mereka inginkan, berbicara dengan jujur dan menikmati kesenangan bersama mereka.






b.      Landasan yang kukuh
Setelah menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk belajar, langkah selanjutnya yang mesti dilakukan adalah menciptakan landasan yang kukuh. Menegakkan landasan yang kukuh dalam pembelajaran kuantum dengan cara: mengkomunikasikan tujuan pembelajaran, mengukuhkan prinsip-prinsip keunggulan, meyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan, serta menjaga komunitas belajar tetap tumbuh dan belajar.
Penetapan landasan dapat dimulai dari penetapan tujuan. Hendaknya dalam komunitas belajar antar pengajar dan pembelajar memiliki tujuan yang sama. Tujuan dari siswa adalah mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang lebih baik dan berinteraksi sebagai anggota komunitas dari masyarakat belajar, dan mengembangkan kemampuan lain yang dianggap penting. Sebaliknya tujuan dari pengajar adalah menciptakan agar siswa belajar yang cakap dalam mata pelajaran yang disampaikan, lebih baik dan mampu berinteraksi dalam masyarakat belajar. Dengan adanya kesamaan tujuan, maka upaya yang dilakukan akan memiliki kesamaan, sehingga ada kesesuaian antara apa yang harus dilakukan siswa dengan apa yang diinginkan guru. Kedua hal ini akan menjadi prinsip yang dikembangkan dalam komunitas belajar. Pembelajaran kuantum memiliki delapan kunci sukses yang dikembangkan, yaitu integritas, kegagalan sebagai awal kesuksesan, bicara dengan niat yang baik, hidup saat ini, komitmen, tanggung jawab, sikap luwes dan keseimbangan (DePorter, 1999).

c.       Lingkungan yang mendukung
Lingkungan kelas akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memusatkan perhatian dan menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Dengan demikian dalam pembelajaran kuantum guru memiliki kewajiban menata lingkungan yang dapat mendukung situasi belajar dengan cara: mengorganisasilkan dan memanfaatkan lingkungan sekitar, menggunakan alat bantu yang mewakili satu gagasan, pengaturan formasi siswa, pemutaran musik yang sesuai dengan kondisi belajar.




d.      Perancangan pengajaran yang dinamis
Guru dapat memasuki dunia siswa dalam proses pembelajaran melalui perancangan pembelajaran. Disini diperlukan kemampuan guru memasuki dunia siswa baik sebelum maupun saat berlangsungnya pembelajaran dapat membawa sukses pembelajaran, karena membantu guru menyelesaikan proses pembelajaran lebih cepat, lebih melekat dan lebih bemakna dengan hasil belajar yang memuaskan. Pembelajaran kuantum memberikan beberapa kiat tentang cara menyesuaikan pembelajaran dengan masing-masing modalitas belajar siswa, memberikan strategi dan kiat tentang cara menyelesaikan pembelajaran dengan masing-masing modalitas belajar siswa, memberikan strategi dan kiat tentang menjalin mitra dengan siswa, sehingga guru merancang pembelajaran bermula kelompok besar, dilanjutkan dengan belajar dalam kelompok kecil, diakhiri dengan belajar secara perorangan.  Berdasarkan strategi di atas, maka kiat kerangka perancangan pembelajaran kuantum dilaksanakan sebagai perpaduan yang disingkat dengan TANDUR yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Ulangi, dan Rayakan.

2)      Mengorkestrasikan Kesuksesan Belajar Melalui Konten/Isi

Dimensi konten/isi dalam pembelajaran kuantum dikelompokkan menjadi empat bagian, dimana dua bagian mengkaji kemampuan guru dalam melakukan presentasi dan fasilitasi, dua bagian lainnya memberikan tip tentang kiat-kiat keterampilan belajar siswa dan keterampilan hidup.
a.      Mengorkestrasi presentasi prima
Kemampuan guru mengorkestrasi presentasi prima merupakan kemampuan berkomunikasi dengan menekankan interaksi sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru mengajarkan keterampilan hidup di tengah-tengah keterampilan akademis, mengembangkan aspek fisik, mental dan spiritual para siswa dengan memperhatikan kualitas interaksi antar siswa, antar siswa dengan guru, dan antar siswa dengan kurikulum. Dalam berkomunikasi dengan siswa, guru menyesuaikan pesan atau materi pelajaran dengan modalitas utama para siswanya, karena itu guru harus menguasai prinsip-prinsip komunikasi secara visual, auditorial, dan kinestetik yang diyakini sebagai jalan menuju kesuksesan belajar.

Ketika guru mengajar, memberikan pengarahan, menata konteks, memberikan umpan balik, hendaknya dilakukan empat prinsip komunikasi, yaitu: memunculkan kesan yang diinginkan, mengarahkan perhatian, bersifat mengajak dan tepat sasaran. Memunculkan kesan merupakan hal penting dalam belajar karena membantu otak membuat citra tentang apa yang dipelajari melalui asosiasi. Mengarahkan foskus perhatian juga penting karena dalam komunikasi otak memiliki kemampuan menyerap banyak informasi dalam setiap waktu dari pesan-pesan yang diberikan guru. Jika guru salah mengarahkan perhatian, maka informasi penting menjadi tak tersadari. Bersifat mengajak pada prinsipnya berbeda dengan prinsip perintah yang menunjukkan dominasi guru. Ajakan itu lebih menimbulkan asosiasi positif tentang kebersamaan dan kerjasam secara kolaborasi untuk menghindari asosiasi negatif terhadap dinamika guru. Namun ajakan tersebut harus bersifat spesifik ditujukan langsung pada inti tujuan pembelajaran. Dalam berkomunikasi dengan siswa, hendaknya guru berkeyakinan bahwa komunikasi non verbal sama ampuhnya dengan komunikasi verbal. Komunikasi non verbal yang harus diperhatikan guru adalah kontak mata, ekspresi wajah, nada suara, gerak tubuh, dan sosok (postur).

b.      Mengorkestrasi fasilitas yang elegan
Mengorkestrasi fasilitas berarti memudahkan interaksi siswa dengan kurikulum. Ini berarti juga memudahkan partisipasi siswa dalam aktivitas belajar sesuai dengan yang diinginkan dengan tingkat ketertarikan, minat, fokus, dan partisipasi yang optimal.
Fasilitas menciptakan strategi berpikir bertujuan membantu siswa memudahkan belajar dilakukan dengan cara memberikan ragam pertanyaan kepada siswa dengan maksud memperoleh respon, memberikan dorongan dan menghargai serta mengakui partisipasi siswa dalam melatih keterampilan berpikir siswa.

c.       Mengorkestrasi keterampilan belajar dan keterampilan hidup
Dalam pembelajaran kuntum, keterampilan belajar dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar dengan efisien dan cepat, dengan tetap mempertahankan  minat belajar, karena belajar dapat berlangsung secara terfokus tetapi santai.
Dalam membantu siswa mengorkestrasi ketrampilan belajar, pembelajaran kuantum menekankan empat strategi yaitu :
1.      Memanfaatkan gaya belajar,
2.      keadaan prima untuk belajar,
3.      mengorganisasikan informasi, dan
4.      memunculkan potensi siswa.
Belajar dikelas perlu memanfaatkan gaya belajar masing-masing siswa, yakni gaya belajar visual, auditorial, kinestetik. Untuk mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, guru dapat memberikan tes gaya belajar. Setelah mengetahui gaya belajar masing-masing, guru dapat menyesuaikan rancangan pembelajaran dengan gaya belajar tersebut.
Gaya belajar visual akan berhasil jika siswa banyak membuat simbol dan gambar dalam catatannya. Siswa dengan gaya belajar visual dapat menangkap isi pelajaran dengan baik melalui membaca cepat secara keseluruhan yang membantunya mendapatkan gambaran umum.
Siswa dengan gaya belajar auditorial dapat belajar melalui mendengarkan kuliah, contoh-contoh model, ceramah, ceritera dan mengulang informasi. Biasanya siswa belajar auditorial menyenangi belajar dengan mendengarkan musik. karena itu, mereka harus dibantu untuk menterjemahkan informasi bentuk belajar ke dalam bentuk lagu yang sudah mereka kenal.
Siswa kinestetik menyukai proyek terapan, praktek laboratorium, demonstrasi, simulasi dan bermain peran.








BAB III
PENUTUP
A.                KESIMPULAN
falsafah dan metodologi pembelajaran yang umum yang dapat diterapkan baik di dalam lingkungan bisnis, lingkungan rumah, lingkungan perusahanan, maupun di dalam lingkungan sekolah (pengajaran). Secara konseptual, falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum membawa angin segar bagi dunia pembelajaran di Indonesia sebab karakteristik, prinsip-prinsip, dan pandangan-pandangannya jauh lebih menyegarkan daripada falsafah dan metodologi pembelajaran yang sudah ada (yang dominan watak behavioristis dan rasionalisme Cartesiannya).
Meskipun demikian, secara nyata, keterandalan dan kebaikan falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum ini masih perlu diuji dan dikaji lebih lanjut. Lebih-lebih kemungkinan penerapannya dalam lingkungan Indonesia baik lingkungan rumah, lingkungan perusahaan, lingkungan bisnis maupun lingkungan kelas/sekolah (baca: pengajaran). Khusus penerapannya di lingkungan kelas menuntut perubahan pola berpikir para pelaksana pengajaran, budaya pengajaran dan pendidikan, dan struktur organisasi sekolah dan struktur pembelajaran. Jika perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan niscaya pembelajaran kuantum dapat dilaksanakan dengan hasil yang optimal.
B.                 SARAN
Penting sekali bagi guru untuk memahami gaya belajar peserta didik. Setidak-tidaknya ada tiga gaya belajar yang harus diperhitungkan dalam proses pembelajaran, yaitu gaya auditoris, gaya visual, dan gaya kinestetis.
Pembelajaran berlangsung efektif dan optimal bila tercipta atau terdapat suasana nyaman, menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan sehingga kenyamanan, kesenangan, kerileksan, dan kegairahan dalam pembelajaran perlu diciptakan dan dipelihara. Pembelajar dapat mencapai hasil optimal bila berada dalam suasana nyaman, menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan. Untuk itu, baik lingkungan fisikal, lingkungan mental, dan suasana harus dirancang sedemikian rupa agar membangkitkan kesan nyaman, rileks, menyenangkan, sehat, dan menggairahkan.