BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MUATAN LOKAL
Muatan Lokal adalah
suatu program pendidikan dan pengajaran yang dimaksudkan untuk menyesuaikan isi
dan penyampaiannya dengan kondisi masyarakat di daerahnya. Muatan Lokal
merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya
tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata
pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada
mata pelajaran keterampilan.
Muatan lokal merupakan
bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan
lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya
agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat
relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini
sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan
kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional.
Muatan lokal merupakan
mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran
muatan lokal setiap semester.
B. TUJUAN MUATAN LOKAL
Tujuan pendidikan
nasional dan tujuan lembaga pendidikan tetap jadi kerangka acuan bagi
pelaksanaan Muatan Lokal, maka dari itu isinya tidak mengubah esensi pendidikan
nasional. Muatan lokal merupakan pengaya kurikulum nasional, dengan demikian
tujuannya adalah memperkaya dan memperluas pendidikan nasional namun tidak
boleh bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional.
Tujuan utama masuknya
muatan lokal dalam kurikulum nasional hanya untuk menyelaraskan materi yang
diberikan kepada siswa sesuai dengan kondisi lingkungannya, mengoptimalkan
sekaligus menanamkan nilai budaya daerah tersebut kepada siswa dengan harapan
budaya dan perkembangan daerah tersebut akan maju dan berdampak positif bagi
kemajuan perkembangan pendidikan nasional.
Selengkapnya, tujuan
diadakannya Muatan Lokal adalah sebagai berikut:
1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan
lingkungan alam, sosial, dan budayanya,
2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan
serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun
lingkungan masyarakat pada umumnya,
3. Memiliki sikap dan perilaku yang
selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka
menunjang pembangunan nasional.
Muatan lokal sangat
diperlukan, apalagi untuk kemajuan daerah yang otomatis berdampak baik bagi
kemajuan nasional, untuk itu muatan lokal sangat diperlukan sebagai bentuk pengembangan
tersebut.
Secara nasional muatan lokal diperlukan
untuk:
1. Pelestarian budaya
2. Pengembangan kebudayaan
3. Pengubahan sikap lingkungan
terhadap lingkungan
Dilihat dari kewajiban sekolah muatan
lokal harus diberikan karena:
1. Sebagai tanggung jawab sekolah
2. Memberikan pendidikan lingkungan
3. Memenuhi kebutuhan murid dan
pembangunan masyarakat
Ditinjau dari sudut murid (peserta didik)
muatan lokal diberikan karena:
1. Mengakrabkan murid dengan
lingkungan
2. Melatih murid berpikir analitis
3. Dapat mengembangkan potensi murid
C.
PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL
1. Landasan pengembangan muatan lokal
Sesuai
dengan undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada
bab X Pasal 36 ayat 1 dan 2 :
a.
Pengembangan kurikuum dilakukan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
b.
Kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
Selain itu pada pasal 37 ayat 1, kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat :
a.
pendidikan agama
b.
pendidikan kewarganegaraan
c.
Bahasa
d.
Matematika
e.
Ilmu Pengetahuan Alam
f.
Ilmu Pengetahuan Sosial
g.
Seni dan Budaya
h.
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
i.
Keterampilan/kejuruan
j.
Muatan Lokal
Ruang lingkup muatan lokal berdasarkan
BSNP, 2006 :
Lingkup
isi jenis muatan lokal dapat berupa : bahasa daerah, bahasa inggris, kesenian
daerah, budaya daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan
pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal
yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
2. Dasar Pengembangan Muatan Lokal
Ada dua arah
pengembangan dalam muatan lokal, yaitu :
a. Pengembangan untuk jangka jauh
Agar para siswa dapat
melatih keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan harapan yang nantinya dapat
membantu dirinya, keluarga, masyarakat dan akhirnya membantu pembangunan nusa
dan bangsanya. Oleh karena itu perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang
harus direncanakan secara sistematik oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat
setempat dengan perantara pakar-pakar pada instasi terkait baik negeri maupun
swasta.
b. Pengembangan untuk jangka pendek
Perkembangan muatan
lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah setempat dengan cara
menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun GBPP-nya dan direvisi setiap
saat.
Dalam Pengembangan
selanjutnya ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Perluasan muatan
lokal
Dasarnya adalah bahan
muatan lokal yang ada di daerah itu yang terdiri dari berbagai jenis jenis
muatan lokal misalnya : pertanian, kalau sudah dianggap cukup ganti peternakan,
perikanan, kerajianan dan sebagainya. Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja
dari berbagai muatan lokal sedang pendalamanya dilaksanakan pada periode
berikutnya.
b. Pendalaman muatan lokal
Dasarnya adalah bahan
muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam samapai mendalam, misalnya
masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai bagaimana cara memupuk,
memelihara, mengembangkan, pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena itu
pelajaran ini diberikan pada siswa yang telah dewasa.
c. Berhasil atau tidaknya
pengembangan disekolah tergantung pada :
1) Kekreatifan
guru.
2) Kesiapan siswa
3) Kesesuaian
program
4) Partisipasi
masyarakat setempat
5) Ketersediaan
sarana dan prasarana
6) Cara pengeloaan
7) Pendekatan
kepala sekolah dengan nara sumber dan instansi terkait
3. Pola Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal
a. Pendekatan politik
Pendekatan politik bertolak pada asumsi bahwa pelajaran mempunyai otonomi
masing masing. Sehingga mata pelajaran dipandang sebagai suatu sistem yang
mempunyai komponen ciri, tujuan, metode tertentu.
b. Pendekatan terpadu
Pendekatan ini
beranggapan bahwa semua mata pelajaran merupakan satu kesatuan, saling terpadu
dan berhubungan satu sama lain. Hal tersebut sejalan dengan memasukkan muatan
lokal dalam kurikulum yang berlaku, caranya:
1) Membentuk
gagasan pokok
Guru dapat menyusun gagasan pokok yang bersumber dari
kehidupan masyarakat sebagai inti program muatan lokal.
2) Mengaitkan pokok
bahasan dengan pola kehidupan
Guru mempelajari GBPP kemudian mengambil
pokok atau sub bahasan yang mungkin dapat dikaitkan dengan gagasan pokok dalam
kehidupan masyarakat.
4. Pola pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal Dalam KTSP.
Pengembangan Mata Pelajaran Muatan
Lokal oleh sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi keadaan dan
kebutuhan daerah.
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan
mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut
dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan
seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia
usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau
dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
budaya, dan kekayaan alam.
Kebutuhan daerah dapat diketahui antara
lain dari:
1) Rencana
pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik
pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan
berkelanjutan (sustainable development);
2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis
kemampuankemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan;
3) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam
dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya.
b. Menentukan fungsi dan susunan atau
komposisi muatan lokal.
Berdasarkan kajian dari
beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan.
Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah,
antara lain untuk:
1) Melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan daerah;
2) Meningkatkan keterampilan
di bidang pekerjaan tertentu;
3) Meningkatkan
kemampuan berwiraswasta;
4) Meningkatkan
penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari;
c. Menentukan bahan kajian muatan
lokal
Kegiatan ini pada
dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang
dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan
sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
1) Kesesuaian
dengan tingkat perkembangan peserta didik;
2) Kemampuan guru
dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;
3) Tersedianya
sarana dan prasarana
4) Tidak
bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa
5) Tidak
menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan
6) Kelayakan
berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah;
d. Menentukan mata pelajaran
Muatan Lokal Berdasarkan
bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya.
Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan
lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada
peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang
berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan
nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan
daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke
dalam mata pelajaran yang ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah
ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan
komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal. Substansi
muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
e. Mengembangkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan
oleh BSNP.
Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
adalah langkah awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat
dilaksanakan di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan Standar Kompetensi Standar
kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai
basis pengetahuan.
b) Pengembangan Kompetensi Dasar Kompetensi dasar
merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan
melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai.
c) Pengembangan silabus
secara umum.
5. Pelaksanaan Mata
Pelajaran Muatan Lokal
Sekolah yang mampu mengembangkan SK dan KD beserta
silabus dan RPP-nya
dapat melaksanakan Muatan
lokal.
Bila
belum mampu,
dapat melaksanakan Muatan
lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan
yang direncanakan oleh sekolah, atau dapat meminta bantuan kepada sekolah lain yang masih dalam satu daerah.
Bila beberapa sekolah
dalam satu daerah belum mampu mengembangkan SK dan KD
Muatan lokal, dapat meminta bantuan Tim
Pengembang
Kurikulum
(TPK) di daerah
setempat, atau
meminta bantuan dari LPMP di propinsi.
6.
Hal-hal yang Perlu di Perhatikan Dalam Mengembangkan Muatan Lokal
1.
Bahan kajian hendaknya sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
2. Program pengajaran dikembangkan dengan
melihat kedekatan dengan peserta didik yang meliputi dekat secara fisik dan
secara psikis.
3.
Bahan pelajaran hendaknya memberikan keluwesan kepada guru dalam memilih metode
mengajar dan sumber belajar seperti buku dan narasumber.
4.
Bahan kajian yang diajarkan harus bersifat utuh. (mengacu pada tujuan
pembelajaran yang berguna dan bermakna).
5. Alokasi waktu memperhatikan jumlah minggu
efektif untuk mata pelajaran muatan lokal setiap waktunya.