Selasa, 30 Oktober 2012

INOVASI PEMBELAJARAN KUANTUM


BAB 1
PENDAHULUAN

A.                LATAR BELAKANG
Hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak yang berkepentingan. Hal tersebut setidak-tidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, perkembangan kebutuhan dan aktivitas berbagai bidang kehidupan selalu meninggalkan proses/hasil kerja lembaga pendidikan atau melaju lebih dahulu daripada proses pengajaran dan pembelajaran sehingga hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran tidak cocok/pas dengan kenyataan kehidupan yang diarungi oleh siswa. Kedua, pandangan-pandangan dan temuan-temuan kajian (yang baru) dari berbagai bidang tentang pembelajaran dan pengajaran membuat paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaran yang ada sekarang tidak memadai atau tidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan negatif tentang hasil pengajaran dan pembelajaran menuntut diupayakannya pembaharuan paradigma, falsafah, dan metodologi pengajaran dan pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan mutu dan hasil pembelajaran dapat makin baik dan meningkat.
Dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia telah berkelebatan. Beberapa di antaranya yaitu pembelajaran konstruktivis, pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran aktif, pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning, CTL), pembelajaran berbasis projek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran interaksi dinamis, dan pembelajaran kuantum (quantum learning). Dibandingkan dengan falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya, falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang disebut terakhir tampak relatif lebih populer dan lebih banyak disambut gembira oleh kalangan di Walaupun demikian, masih banyak pihak yang mengenali pembelajaran kuantum secara terbatas – terutama terbatas pada bangun (konstruks) utamanya.



B.                 RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah dari judul makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana latar belakang atau sejarah kemunculan pembelajaran kuantum ?
2.      Apa yang menjadi landasan pembelajaran kuantum ?
3.      Apa saja prinsip dan strategi dalam pembelajaran kuantum ?
4.      Bagaimana model pembelajaran kuantum ?.

C.                BATASAN MASALAH
Sangatlah penting bagi penulis dalam membatasi masalah untuk membuat pembaca mudah memahaminya. Penulis hanya membahas tentang inovasi dalam pembelajaran kuantum. Menjaga efesiensi judul makalah agar lebih terfokus pada rumusan masalah dan judul makalah.


D.        TUJUAN DAN MANFAAT
            1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah.
            2. Membekali diri akan konsep-konsep dan teori-teori inovasi pembelajaran kuantum.
3. Agar mahasiswa/calon guru memahami inovasi pada pembelajaran kuantum serta dapat menerapkan pembelajaran kuantum dalam melaksanakan proses belajar mengajar.









BAB II
PEMBAHASAN

A.                LATAR BELAKANG MUNCULNYA PEMBELAJARAN KUANTUM
Tokoh utama di balik pembelajaran kuantum adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran kuantum. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat. SuperCamp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembanga potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran kuantum kepada para remaja di SuperCamp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980-an.
Pada tahap awal perkembangannya, pembelajaran kuantum terutama dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja di rumah atau ruang-ruang rumah; tidak dimaksudkan sebagai metode dan strategi pembelajaran untuk mencapai keberhasilan lebih tinggi di sekolah atau ruang-ruang kelas. Lambat laun, orang tua para remaja juga meminta kepada DePorter untuk mengadakan program program pembelajaran kuantum bagi mereka.
Model pembelajaran kuantum dicetuskan oleh seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria Georgi Lozanov yang melakukan uji coba tentang sugesti dan pengaruhnya terhadap faktor belajar, teorinya yang terkenal disebut suggestology. Menurut Lozanov, pada prinsipnya sugesti itu mempengaruhi hasil belajar. Teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif dalam belajar diantaranya yaitu mendudukkan siswa secara nyaman, memasang musik di dalam kelas atau lapangan, meningkatkan partisipasi siswa, menggunakan poster-poster dalam menyampaikan suatu informasi, dan menyediakan guru-guru yang berdedikasi tinggi.

           Pembelajaran kuantum sebagai salah satu model, strategi dan pendekatan pembelajaran khususnya menyangkut keterampilan guru dalam merancang, mengembangkan dan mengelola sistem pembelajaran sehingga guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, menggairahkan, dan memiliki keterampilan hidup (Kaifa, 1999). Dengan demikian model pembelajaran kuantum ini merupakan bentuk inovasi penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar.

Demikianlah, metode pembelajaran kuantum merambah berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran kuantum merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
yang membentuk bangun pembelajaran kuantum. Pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang termuat dalam Quantum Learning selanjutnya diterapkan, dipraktikkan, dan atau diimplementasikan dalam lingkungan bisnis dan kelas (sekolah). Hal tersebut sekaligus memperlihatkan betapa populer dan menariknya falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum di Indonesia dan bagi komunitas masyarakat Indonesia. Popularitas dan kemenarikan pembelajaran kuantum makin tampak kuat-tinggi ketika frekuensi penyelenggaraan seminar-seminar, pelatihan-pelatihan, dan pengujicobaan pembelajaran kuantum di Indonesia makin tinggi.


B.                 LANDASAN PEMBELAJARAN KUANTUM
              

           Istilah “Quantum” dipinjam dari dunia fisika yaitu interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Maksudnya dalam pembelajaran kuantum, pengubahan bermacam-macam interaksi dalam kegiatan belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar secara aktif dan efisien. Selain itu, adanya proses pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, penyertaan segala yang berkaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan moment belajar, fokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, seluruhnya adalah hal-hal yang melandasi pembelajaran kuantum.

Ada dua konsep utama yang digunakan dalam pembelajaran kuantum dalam rangka mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar yaitu :
1.                  percepatan belajar melalui usaha sengaja untuk mengikis hambatan-hambatan belajar tradisional;
2.                  fasilitas belajar yang berarti mempermudah belajar.
Memahami kehidupan dan dunia anak, merupakan lisensi bagi para guru untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan siswa dalam meraih hasil belajar yang optimal. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam hal ini misalnya mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan peristiwa-peristiwa, pikiran atau perasaan, tindakan yang diperolah siswa dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Setelah kaitan itu terbentuk, maka guru dapat memberikan pemahaman tentang materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan, perkembangan, dan minat bakat siswa.
Pemahaman terhadap “hakikat” siswa menjadi lebih penting sebagai “jembatan” untuk menghubungkan dan  memasukan “dunia kita” kepada dunia mereka. Apabila seorang guru telah memahami dunia siswa, maka siswa telah merasa diperlakukan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, sehinggga pembelajaran akan menjadi harmonis seperti sebuah “orkestrasi” yang saling bertautan dan saling mengisi. Sebuah pepatah mengatakan, ajarilah, tuntun, fasilitasi, dan bimbinglah anak didik kalian, sesuai dengan kebutuhan dan daya pikirnya.

C.                PRINSIP DAN STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN KUANTUM
1.                               Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar). Setiap bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dunia pembelajar sebagai langkah pertama pembelajaran selain juga mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan otentik memasuki kehidupan pembelajar. Untuk itu, pengajar dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki pembelajar sebagai titik tolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan pembelajar baik dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas.
2.                                 Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord. Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran kuantum. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini :
a.      Segalanya berbicara, maksudnya adalah seluruh lingkungan kelas hendaknya dirancang untuk dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa, ini berarti rancangan kurikulum dan rancangan pembelajaran guru, informasi, dan bahasa tubuh, kata-kata, tindakan, gerakan, dan seluruh kondisi lingkungan haruslah dapat berbicara membawa pesan-pesan belajar bagi siswa.
b.      Segalanya bertujuan, maksudnya semua penggubahan pembelajaran tanpa terkecuali harus mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan terkontrol. Sumber dan fasilitas yang terlibat dalam setiap pembelajaran pada prinsipnya untuk membantu perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
c.       Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya sebelum siswa belajar memberi nama (mendefinisikan, mengkonseptualisasi, membedakan, mengkategorikan,) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.
d.      Mengakui setiap usaha, maksudnya semua usaha belajar yang telah dilakukan siswa harus memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya, pengakuan ini penting agar siswa selalu berani melangkah ke bagian berikutanya dalam pembelajaran.
e.      Merayakan keberhasilan, maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan motivasi untuk kemajuan dan peningkatan hasil belajar berikutnya.





     Selanjutanya Bobby DePorter (1992), mengembangkan strategi pembelajaran kuantum melalui istilah TANDUR, yaitu:
a.       Tumbuhkan, yaitu dengan memberikan apresiasi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan siswa telah termotivasi untuk belajar dan memahami Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK).
b.      Alami, berikan pengalaman nyata kepada setiap siswa untuk mencoba.
c.      Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan metode lainnya.
d.      Demonstrasikan, sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan kemampuannya.
e.       Ulangi, beri kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya, sehingga setiap siswa merasakan langsung dimana kesulitan akhirnya datang kesuksesan, kami bisa bahwa kami memang bisa.
f.        Rayakan, dimaksudkan sebagai respon pengakuan yang proporsional.

D.                MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM

Model pembelajaran kuantum identik dengan sebuah simponi dan pertunjukan musik. Maksudnya pembelajaran kuantum, memberdayakan sebuah potensi dan lingkungan belajar yang ada, sehingga proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan dan bukan sebagai sesuatu yang memberatkan. Untuk dapat mengarah yang dimaksud, ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1)  optimalkan minat pada diri;
2) bertanggung jawab pada diri, sehingga anda akan mulai mengupayakan segalanya  terlaksana;
3)  hargailah segala tugas yang telah selesai. (Howard Gardner, dalam DePorter, 2002).
           Tujuan pokok pembelajaran kuantum yaitu meningkatkan partisipasi siswa, melalui pengubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar, meningkatkan daya ingat dan rasa kebersamaan, meningkatkan daya dengar, dan meningkatkan kehalusan perilaku. Berdasarkan prinsip dan asas landasan pembelajaran kuantum, guru harus mampu mengorkestrasi kesuksesan belajar siswa. Dalam pembelajaran kuantum, guru harus memiliki kemampuan untuk mengorkestrasi konteks dan kontens. Konteks berkaitan dengan lingkungan pembelajaran, sedangkan konten berkaitan dengan isi pembelajaran.



1)      Mengorkestrasi kesuksesan belajar melalui lingkungan pembelajaran (konteks)

Dimensi konteks dalam pembelajaran kuntum dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu:
a.      Suasana yang menggairahkan
Untuk menciptakan suasana yang dinamis dan menggairahkan dalam belajar, guru atau fasilitator perlu memahami dan perlu menerapkan aspek-aspek pembelajaran kuantum sebagai berikut.
-          Kekuatan niat dan berpandangan positif
-          Menjalin rasa simpati dan saling pengertian
-          Keriangan dan ketakjuban
-          Meu mengambil risiko
-          Menumbuhkan rasa saling memiliki
-          Menunjukan keteladanan

Penelitian menunjukan, bahwa suasana kelas pembantu psikologis utama yang mempengaruhi kegiatan belajar. Pada dasarnya kelas adalah arena belajar yang dipengaruhi oleh emosi, itu sebabnya disarankan agar guru berupaya menciptakan suasana melalui keenam aspek di atas.  Guru juga dituntut untuk mengetahui karakteristik emosional siswa, karena dengan mengetahui karakteristik  emosional siswa dapat membantu mereka mempercapat hasil belajar. Guru juga harus memiliki kemampuan untuk memotivasi siswa, dan melakukan penghargaan terhadap setiap upaya yang telah dilakuakan oleh siswa. Penghargaan tesebut bukan hanya sekedar material, tetapi dalam bentuk lain seperti pujian, menepuk pundak dsb. Guru perlu memperlakukan siswa sebagai manusia sederajat, mengetahui pikiran, perasaan dan kesukaannya mengenai hal-hal yan terjadi dalam kehidupan siswa, mengetahui apa yang menghambat mereka memperoleh hal-hal yang mereka inginkan, berbicara dengan jujur dan menikmati kesenangan bersama mereka.






b.      Landasan yang kukuh
Setelah menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk belajar, langkah selanjutnya yang mesti dilakukan adalah menciptakan landasan yang kukuh. Menegakkan landasan yang kukuh dalam pembelajaran kuantum dengan cara: mengkomunikasikan tujuan pembelajaran, mengukuhkan prinsip-prinsip keunggulan, meyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan, serta menjaga komunitas belajar tetap tumbuh dan belajar.
Penetapan landasan dapat dimulai dari penetapan tujuan. Hendaknya dalam komunitas belajar antar pengajar dan pembelajar memiliki tujuan yang sama. Tujuan dari siswa adalah mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang lebih baik dan berinteraksi sebagai anggota komunitas dari masyarakat belajar, dan mengembangkan kemampuan lain yang dianggap penting. Sebaliknya tujuan dari pengajar adalah menciptakan agar siswa belajar yang cakap dalam mata pelajaran yang disampaikan, lebih baik dan mampu berinteraksi dalam masyarakat belajar. Dengan adanya kesamaan tujuan, maka upaya yang dilakukan akan memiliki kesamaan, sehingga ada kesesuaian antara apa yang harus dilakukan siswa dengan apa yang diinginkan guru. Kedua hal ini akan menjadi prinsip yang dikembangkan dalam komunitas belajar. Pembelajaran kuantum memiliki delapan kunci sukses yang dikembangkan, yaitu integritas, kegagalan sebagai awal kesuksesan, bicara dengan niat yang baik, hidup saat ini, komitmen, tanggung jawab, sikap luwes dan keseimbangan (DePorter, 1999).

c.       Lingkungan yang mendukung
Lingkungan kelas akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memusatkan perhatian dan menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Dengan demikian dalam pembelajaran kuantum guru memiliki kewajiban menata lingkungan yang dapat mendukung situasi belajar dengan cara: mengorganisasilkan dan memanfaatkan lingkungan sekitar, menggunakan alat bantu yang mewakili satu gagasan, pengaturan formasi siswa, pemutaran musik yang sesuai dengan kondisi belajar.




d.      Perancangan pengajaran yang dinamis
Guru dapat memasuki dunia siswa dalam proses pembelajaran melalui perancangan pembelajaran. Disini diperlukan kemampuan guru memasuki dunia siswa baik sebelum maupun saat berlangsungnya pembelajaran dapat membawa sukses pembelajaran, karena membantu guru menyelesaikan proses pembelajaran lebih cepat, lebih melekat dan lebih bemakna dengan hasil belajar yang memuaskan. Pembelajaran kuantum memberikan beberapa kiat tentang cara menyesuaikan pembelajaran dengan masing-masing modalitas belajar siswa, memberikan strategi dan kiat tentang cara menyelesaikan pembelajaran dengan masing-masing modalitas belajar siswa, memberikan strategi dan kiat tentang menjalin mitra dengan siswa, sehingga guru merancang pembelajaran bermula kelompok besar, dilanjutkan dengan belajar dalam kelompok kecil, diakhiri dengan belajar secara perorangan.  Berdasarkan strategi di atas, maka kiat kerangka perancangan pembelajaran kuantum dilaksanakan sebagai perpaduan yang disingkat dengan TANDUR yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Ulangi, dan Rayakan.

2)      Mengorkestrasikan Kesuksesan Belajar Melalui Konten/Isi

Dimensi konten/isi dalam pembelajaran kuantum dikelompokkan menjadi empat bagian, dimana dua bagian mengkaji kemampuan guru dalam melakukan presentasi dan fasilitasi, dua bagian lainnya memberikan tip tentang kiat-kiat keterampilan belajar siswa dan keterampilan hidup.
a.      Mengorkestrasi presentasi prima
Kemampuan guru mengorkestrasi presentasi prima merupakan kemampuan berkomunikasi dengan menekankan interaksi sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru mengajarkan keterampilan hidup di tengah-tengah keterampilan akademis, mengembangkan aspek fisik, mental dan spiritual para siswa dengan memperhatikan kualitas interaksi antar siswa, antar siswa dengan guru, dan antar siswa dengan kurikulum. Dalam berkomunikasi dengan siswa, guru menyesuaikan pesan atau materi pelajaran dengan modalitas utama para siswanya, karena itu guru harus menguasai prinsip-prinsip komunikasi secara visual, auditorial, dan kinestetik yang diyakini sebagai jalan menuju kesuksesan belajar.

Ketika guru mengajar, memberikan pengarahan, menata konteks, memberikan umpan balik, hendaknya dilakukan empat prinsip komunikasi, yaitu: memunculkan kesan yang diinginkan, mengarahkan perhatian, bersifat mengajak dan tepat sasaran. Memunculkan kesan merupakan hal penting dalam belajar karena membantu otak membuat citra tentang apa yang dipelajari melalui asosiasi. Mengarahkan foskus perhatian juga penting karena dalam komunikasi otak memiliki kemampuan menyerap banyak informasi dalam setiap waktu dari pesan-pesan yang diberikan guru. Jika guru salah mengarahkan perhatian, maka informasi penting menjadi tak tersadari. Bersifat mengajak pada prinsipnya berbeda dengan prinsip perintah yang menunjukkan dominasi guru. Ajakan itu lebih menimbulkan asosiasi positif tentang kebersamaan dan kerjasam secara kolaborasi untuk menghindari asosiasi negatif terhadap dinamika guru. Namun ajakan tersebut harus bersifat spesifik ditujukan langsung pada inti tujuan pembelajaran. Dalam berkomunikasi dengan siswa, hendaknya guru berkeyakinan bahwa komunikasi non verbal sama ampuhnya dengan komunikasi verbal. Komunikasi non verbal yang harus diperhatikan guru adalah kontak mata, ekspresi wajah, nada suara, gerak tubuh, dan sosok (postur).

b.      Mengorkestrasi fasilitas yang elegan
Mengorkestrasi fasilitas berarti memudahkan interaksi siswa dengan kurikulum. Ini berarti juga memudahkan partisipasi siswa dalam aktivitas belajar sesuai dengan yang diinginkan dengan tingkat ketertarikan, minat, fokus, dan partisipasi yang optimal.
Fasilitas menciptakan strategi berpikir bertujuan membantu siswa memudahkan belajar dilakukan dengan cara memberikan ragam pertanyaan kepada siswa dengan maksud memperoleh respon, memberikan dorongan dan menghargai serta mengakui partisipasi siswa dalam melatih keterampilan berpikir siswa.

c.       Mengorkestrasi keterampilan belajar dan keterampilan hidup
Dalam pembelajaran kuntum, keterampilan belajar dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar dengan efisien dan cepat, dengan tetap mempertahankan  minat belajar, karena belajar dapat berlangsung secara terfokus tetapi santai.
Dalam membantu siswa mengorkestrasi ketrampilan belajar, pembelajaran kuantum menekankan empat strategi yaitu :
1.      Memanfaatkan gaya belajar,
2.      keadaan prima untuk belajar,
3.      mengorganisasikan informasi, dan
4.      memunculkan potensi siswa.
Belajar dikelas perlu memanfaatkan gaya belajar masing-masing siswa, yakni gaya belajar visual, auditorial, kinestetik. Untuk mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, guru dapat memberikan tes gaya belajar. Setelah mengetahui gaya belajar masing-masing, guru dapat menyesuaikan rancangan pembelajaran dengan gaya belajar tersebut.
Gaya belajar visual akan berhasil jika siswa banyak membuat simbol dan gambar dalam catatannya. Siswa dengan gaya belajar visual dapat menangkap isi pelajaran dengan baik melalui membaca cepat secara keseluruhan yang membantunya mendapatkan gambaran umum.
Siswa dengan gaya belajar auditorial dapat belajar melalui mendengarkan kuliah, contoh-contoh model, ceramah, ceritera dan mengulang informasi. Biasanya siswa belajar auditorial menyenangi belajar dengan mendengarkan musik. karena itu, mereka harus dibantu untuk menterjemahkan informasi bentuk belajar ke dalam bentuk lagu yang sudah mereka kenal.
Siswa kinestetik menyukai proyek terapan, praktek laboratorium, demonstrasi, simulasi dan bermain peran.








BAB III
PENUTUP
A.                KESIMPULAN
falsafah dan metodologi pembelajaran yang umum yang dapat diterapkan baik di dalam lingkungan bisnis, lingkungan rumah, lingkungan perusahanan, maupun di dalam lingkungan sekolah (pengajaran). Secara konseptual, falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum membawa angin segar bagi dunia pembelajaran di Indonesia sebab karakteristik, prinsip-prinsip, dan pandangan-pandangannya jauh lebih menyegarkan daripada falsafah dan metodologi pembelajaran yang sudah ada (yang dominan watak behavioristis dan rasionalisme Cartesiannya).
Meskipun demikian, secara nyata, keterandalan dan kebaikan falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum ini masih perlu diuji dan dikaji lebih lanjut. Lebih-lebih kemungkinan penerapannya dalam lingkungan Indonesia baik lingkungan rumah, lingkungan perusahaan, lingkungan bisnis maupun lingkungan kelas/sekolah (baca: pengajaran). Khusus penerapannya di lingkungan kelas menuntut perubahan pola berpikir para pelaksana pengajaran, budaya pengajaran dan pendidikan, dan struktur organisasi sekolah dan struktur pembelajaran. Jika perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan niscaya pembelajaran kuantum dapat dilaksanakan dengan hasil yang optimal.
B.                 SARAN
Penting sekali bagi guru untuk memahami gaya belajar peserta didik. Setidak-tidaknya ada tiga gaya belajar yang harus diperhitungkan dalam proses pembelajaran, yaitu gaya auditoris, gaya visual, dan gaya kinestetis.
Pembelajaran berlangsung efektif dan optimal bila tercipta atau terdapat suasana nyaman, menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan sehingga kenyamanan, kesenangan, kerileksan, dan kegairahan dalam pembelajaran perlu diciptakan dan dipelihara. Pembelajar dapat mencapai hasil optimal bila berada dalam suasana nyaman, menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan. Untuk itu, baik lingkungan fisikal, lingkungan mental, dan suasana harus dirancang sedemikian rupa agar membangkitkan kesan nyaman, rileks, menyenangkan, sehat, dan menggairahkan.

1 komentar: