BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Dalam suatu pembelajaran pendekatan
merupakan faktor penunjang keberhasilan, selain faktor - faktor penunjang lainnya seperti kurikulum
yang menjadi acuan dasar, program pengajaran, kualitas guru, pemahaman tiap
karakteristik peserta didik, sumber belajar, strategi, metode, teknik atau
bentuk evaluasi sampai dengan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Dalam
hal ini berarti pendekatan hanyalah salah satu dari sekian faktor penunjang
keberhasilan pembelajaran yang perlu mendapatkan perhatian dalam keseluruhan
pengelolaan pembelajaran.
Dalam makalah ini akan membahas
pendekatan pembalajaran kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL). Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatan
dalam kehidupan nyata. Hal ini karean pemahaman konsep akademik yang mereka
peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan
praktis kehidupan peserta didik, baik dilingkungan keluarga, masyarakat ataupun
lingkungan sekolah.
Pembelajaran yang selama ini yang
diterima peserta didik hanyalah penonjolan pada tingkat hapalan dari sekian
rentetan topik atau pokok bahasan, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman yang
mendalam, yang bisa mereka terapkan ketika berhadapan dengan situasi baru dalam
kehidupan mereka. Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas yang
berkaitan dengan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning ( CTL ), yang meliputi pengertian
pembelajaran kontekstual, karakteristik, pendekatan, prinsip - prinsip,
komponen - komponen, model, serta strategi dalam pembelajaran kontekstual.
B. Rumusan
Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam Makalah ini
adalah:
1. Apa
pengertian dan Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual ?
2. Apa
saja karakteristik pembelajaran kontekstual ?
3. Apa
saja pendekatan pembelajaran kontekstual ?
4. Apa
saja prinsip - prinsip pembelajaran
kontekstual ?
5. Apa
saja komponen - komponen pembelajaran kontekstual ?
6. Bagaimana
Model pembelajaran kontekstual ?
7. Bagaimana
strategi pembelajaran kontekstual ?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun
Tujuan penulisan dalam Makalah ini adalah:
1.
Memahami pengertian dan Konsep Dasar
Pembelajaran Kontekstual.
2.
Mengetahui karakteristik Pembelajaran
Kontekstual.
3.
Mengetahui pendekatan dalam Pembelajaran
Kontekstual.
4.
Mengetahui
Prinsip - prinsip Pembelajaran
Kontekstual.
5.
Mengetahui Komponen - komponen Pembelajaran Kontekstual.
6. Mengatahui
Model Pembelajaran Kontekstual.
7. Memahami
Strategi Pembelajaran Kontekstual.
D.
Manfaat
Penulisan
Adapun
Manfaat dalam penulisan Makalah ini adalah:
1. Agar
dapat Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa sebagai calon pengajar mengenai pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
2. Agar
dapat mengimplementasikan pembelajaran Kontekstual sebagai upaya meningkatkan
kualitas dan kuantitas pengajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan konsep Dasar Pembelajaran
Kontekstual
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata
context yang berarti “hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks)”(KUBI, 2002).
Secara umum, Kontekstual (Contextual) mengandung arti yang berkenan,
relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa
maksud, makna, dan kepentingan.
Pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya 2005).
Wina Sanjaya (2008) menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sedangkan menurut Departement of Education Office of
Vocational and Adult Education and the National School to work Office,
Pembelajaran Kontekstual (Contextual
teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan
antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari - hari.
Dari
pengertian pembelajaran kontekstual diatas dapat diperjelas sebagai berikut:
v Pertama,
pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi, artinya proses belajar berorientasi pada proses pengalaman secara
langsung. Proses belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual tidak
mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran akan tetepi proses mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran.
v Kedua,
pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya peserta didik
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah
dengan kehidupan nyata dimasyarakat. Hal ini akan memperkuat dugaan bahwa
materi yang telah dipelajari akan tetap tertanam erat dalam memori siswa, sehingga
tidak akan mudah dilupakan.
B.
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Terdapat
lima karakteristik penting dalam menggunakan proses pembelajaran kontekstual,
yaitu :
1. Dalam
CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada,
artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah
dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah
pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran
kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan
baru, yang diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan
cara mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman
pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk
dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain
tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru
pengetahuan itu dikembangkan.
4. Mempraktekkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut,artinya pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan
refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai
umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
C.
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Banyak
pendekatan yang kenal dan digunakan dalam pembelajaran dan tiap-tiap pendekatan
memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik ini berhubungan dengan apa
yang menjadi fokus dan mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada siswa, kemampuan berfikir, aktivitas,
pengalaman siswa, berfokus pada guru, berfokus pada masalah (personal,
lingkungan, sosial), berfokus pada teknologi seperti sistem instruksional,
media dan sumber belajar.
Berkenaan
dengan aspek kehidupan dan lingkungan, maka pendekatan pembelajaran ada
keterlibatan pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian, serta
konteks kehidupan dan lingkungan. Pembelajaran dengan fokus-fokus tersebut
secara konprehensif tercantum dalam pembelajaran kontekstual.
Siswa
dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang berkembang. Anak
bukanlah orang dewasa kecil, melainkan organisme yang sedang berada pada
tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh tingkat
perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian peran guru tidak lagi
sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak, melainkan sebagai
pembimbing agar siswa mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.
Setiap
anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan.
Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang bersifat aneh dan lucu. Oleh karena
itu, belajar bagi mereke mencoba memecahkan persoalan yang menantang. Guru
berperan sebagai pemilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk
dipelajari oleh anak. Guru membantu agar setiap siswa mampu mengaitkan antara
pengalaman baru dengan sebelumnya, memfasilitasi atau mempermudah agar siswa
mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.
Dengan
demikian, pendekatan pembelajaran CTL menekankan pada aktivitas siswa secara
penuh, baik fisik maupun mental. CTL memandang bahwa belajar bukanlah kegiatan
menghafal, mengingat fakta-fakta, mendemonstrasikan latihan secara
berulang-ulang akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Dalam
pembelajaran CTL, belajar di alam terbuka merupakan tempat untuk memperoleh
informasi sehingga menguji data hasil temuannya dari lapangan tadi baru dikaji
di kelas. Sehingga materi pelajaran siswa menemukan sendiri, bukan hasil
pemberian apalagi dialas guru
D.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Kontekstual
Elaine
B. Jhonson (2002), mengklaim bahwa dalam pembelajaran kontektual minimal ada
tiga prinsip utama yang sering digunakan, yaitu saling ketergantungan
(interdepence), diferensiensi (differetiation), dan pengorganisasian (self
organization).
Pertama,
prinsip saling ketergantungan (interdependence), menurut hasil kajian para
ilmuan segala yang ada di dunia ini adalah saling berhubungan dan tergantung.
Begitu pula dalam pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan suatu sistem
kehidupan, yang terkait dalam kehidupan di rumah, di tempat bekerja dan di
masyarakat. Saling berhubungan ini bukan hanya sebatas pada memberikan
dukungan, kemudahan, akan tetapi juga memberi makna tersendiri, sebab makna ada
jika ada hubangan yang berarti. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran
yang menekankan hubungan antara bahan pelajaran dengan bahan lainnya, antara
teori dengan praktek, antara bahan yang bersifat konsep dengan penerapan dalam
kehidupan nyata.
Kedua,
prinsip diferensiasi (differentiation) yang menunjukkan kepada sifat alam yang
secara terus menerus menimbulkan perbedaan, keseragaman dan keunikan. Prinsip
diferensiasi menunjukan kreativitas yang luar biasa dari alam semesta.
Diferensiasi bukan hanya menunjukan perubahan dan kemajuan tanpa batas, akan
tetapi juga kesatuan-kesatuan yang berbeda tersebut berhubungan, saling
tergantung dalam keterpaduan yang bersifat simbiosos atau saling menguntungkan.
Prinsip
pengorganisasian diri (self organization), setiap individu atau kesatuan dalam
alam semesta mempunyai potensi yang melekat yaitu kesadaran sebagai kesatuan
utuh yang berbeda dari yang lain. Prinsip organisasi diri, menuntut para
pendidik dan para pengajar di sekolah agar mendorong tiap siswanya untuk
memahami dan merealisasi semua potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin.
Pembelajaran kontekstual diarahkan untuk membantu siswa mencapai keunggulan
akademik,penguasaan keterampilan standar, pengembangan sikap dan moral sesuai
dengan harapan masyarakat.
E. Komponen-komponen dalam
Pembelajaran kontekstual
Komponen-komponen
pembelajaran kontekstual melandasi pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual
yang memiliki tujuh asas meliputi : kontruktivisme, inkuiri, bertanya,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata.
1. Konstruktivisme
Komponen Konstruktivisme adalah proses membangun
atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan. Jean piaget (Sanjaya,2005) menganggap bahwa
pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, akan tetapi juga dari
kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.
Kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu berasal dari luar akan tetapi
dikontruksi dari dalam diri seseorang.
Pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu
pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses
memperoleh pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya
dapat diatasi melalui pengetahuan diri.
2. Inkuiri
Komponen Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran
berdasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berfikir secara
sistematis. Dalam model inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah
sistematis yaitu : merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan, dan membuat kesimpulan.
Penerapan model inkuiri dapat dilakukan dalam proses pembelajaran kontekstual,
dimulai atas kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan.
3. Bertanya
(Questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang
sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses
kontekstual guru tidak banyak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi
berusaha memancing agar siswa menemukan sendiri. Melalui pertanyaan guru dapat
membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang
dipelajarinya. Kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk menggali informasi tentang
kemampuan siswa dalam penguasaan materi peloajaran, membangkitkan motivasi
siswa untuk belajar, merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu dan
membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri.
4. Masyarakat
Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran
kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui
kerjasama dengan orang lain (team work). Hasil belajar dapat diperoleh secara
sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok berbagi pengalaman pada
orang lain. Pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang anggotanya
heterogen, dengan jumlah yang bervariasi sangat mendukung komponen learning community ini.
5. Pemodelan
(Modeling)
Yang dimaksud asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru oleh setiap siap siswa. Prinsip-prinsip komponen modeling yang dapat diperhatiakan guru ketika
melaksanakan pembelajaran ialah melalui model atau contoh pengetahuan dan
keterampilan diperoleh dengan mantap yang bisa ditiru dan hasil karya atau
model penampilan.
6. Refleksi
(reflection)
Komponen Refleksi ini merupakan proses
pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara
mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukan dalam struktur
kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang
dimilikinya. Dalam proses pembelajaran
kontekstual, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
7.
Penilaian nyata (Autentik Assessment)
Penilaian nyata adalah proses yang
dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan siswa.
- Model Pembelajaran Kontekstual
Model
pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran dimana siswa belajar melalui
kegiatan kelompok seperti kerja kelompok, berdiskusi, praktikum kelompok,
saling bertukar fikiran, memberi dan menerima informasi.
Ada
beberapa tahapan dalam model pembelajaran kontekstual,
Tahapan pembelajaran tersebut dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
Diagram tahapan pembelajaran Kontekstual
Tahapan
pembelajaran kontekstual meliputi empat tahap, yaitu:
- Tahap invitasi
Di sini,
diharapkan agar siswa dapat mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep
yang dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan,,
mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut.
- Tahap eksplorasi
Dalam tahap
ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui
pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasikan data dalam sebuah kegiatan
yang telah dirancang guru.
- Tahap penjelasan dan solusi
Siswa
memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya
ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat
model, membuat rangkuman, dan ringkasan.
- Tahapan pengambilan tindakan
Berdasarkan
tahapan-tahapan pembelajaran kontekstual tersebut, maka langkah-langkah
pembelajaran kontekstual seperti :
- Pendahuluan
1)
Guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi yang akan dipelajari
2)
Guru
menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual
a)
Siswa
dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa
b)
Tiap
kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalkan kelompok 1 dan 2
melakukan observasi ke TPS (lingkungan hidup) dan kelompok 3 dan 4 observasi ke
TPA (pembuangan sampah).
c)
Melalui
observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang berhubungan dengan
hasil temuan saat observasi tadi.
3)
Guru
melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
- Inti
Di lapangan
1)
Siswa
melakukan observasi ke TPS sesuai dengan pembagian tugas kelompok
2)
Siswa
mencatat hal-hal yang mere temukan tadi sesuai dengan alat observasi yang telah
mereka tentukan sebelumnya
Di dalam
kelas
1)
Siswa
mendiskusikan hasil temuan mereka tadi sesuai dengan kelompoknya masing-masing
2)
Siswa
mempresentasikan/melaporkan hasil diskusi
3)
Setiap
kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
- Penutup
1)
Dengan
bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah temuan sesuia
dengan indicator hasil belajar yang harus dicapai
2)
Guru
menugaskan siswa untuk membuat tugas tentang pengalaman belajar mereka dengan
tema “Pembuangan Sampah”.
- Strategi Pembelajaran Kontekstual
Beberapa
strategi pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran
kontekstual, antara lain sebagai berikut:
- Pembelajaran berbasis masalah
- Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh
pengalaman belajar
- Memberikan aktivitas kelompok
- Membuat aktivitas belajar belajar mandiri
- Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan
masyarakat
- Menerapkan penilaian autentik
Johnson A.
Zahorik dalam Constructivist Teaching
(1995:14-22) mencatat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik
pembelajaran kontekstual. Lima elemen yang dimaksud antara lain sebagai
berikut:
1)
Pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activating
knowledge).
2)
Pemerolehan
pengetahuan baru (acquiring knowledge)
dengan cara mempelajari secara keseluruhan terlebih dulu, kemudian
memperhatikan detailnya.
3)
Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge),
yaitu dengan cara menyusun (a) konsep sementara (hipotesis), (b) melakuakan sharing kepada orang lain agar mendapat
tanggapan (validasi), dan atas tanggapan itu (c) konsep tersebut direvisi dan
dikembangkan.
4)
Mempraktikan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge)
5)
Melakukan
refleksi (reflecting knowledge)
terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran
Kontekstual (CTL) merupakan model
atau pendekatan yang menekankan katerlibatan siswa setiap tahapan pembelajaran
dengan cara menghubungkan dengan situasi kehidupan yang dialami peserta didik
sehari - hari sehinga pemahaman materi diterapkan dalam kehidupan nyata.
Karakteristik (CTL) adalah
pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, belajar
dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru. Pengetahuan yang
diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk diyakini dan diterapkan,
mempraktikan pengalaman dalam kehidupan nyata dan melakukan refleksi terhadap
strategi pengembangan pengatahuan.
Pendekatan
pembelajaran (CTL) menekankan pada
aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. Prinsip - prinsip
pembelajaran kontekstual meliputi tiga prinsip utama, yaitu: saling
ketergantungan (interdependence),
diferensiasi (differentiation), dan
pengorganisasian diri (self
organitation). Adapun komponen - komponen pembelajaran (CTL) dalam menerapkan pola pembelajaran meliputi asas
konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, rafleksi dan
penilaian nyata. Dalam pembelajaran kontekstual ada empat tahapan pembelajaran
meliputi: Invitasi, Eksporasi, penjelasan dan solusi serta pengambilan
tindakan. Serta strategi yang diterapkan guru sebagai pengajar dengan membawa
siswa kedalam lingkungan kehidupan yang lebih nyata (real) agar siswa dapat mengembangkan segala potensi yang
dimilikinya dalam belajar sehingga memperolah pengalam belajar yang bermakna.
B. Saran
Dengan pemahaman tentang Contextual Teaching and Learning (CTL)
ini diharapkan semua bagi calon pengajar (guru) dapat menerapkan strategi ini
dalam melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) di sekolah dan dapat lebih
meningkatkan kualitas maupun kuantitas pengajaran sehingga dapat mencapai hasil
yang telah dirumuskan dalam tujuan intruksional.
Daftar
Pustaka
Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:
Bumi Aksara
Budiningsih, C. Asri, DR. 2005. Belajar dan Mengajar. Jajarta: Rineka Cipta
Wina, Sanjaya (2008). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Kencana
http://www.
Download./2012/10/9/. Pengertian Pembelajaran Kontekstual- ctl. html
sangat membantu (y)
BalasHapusTrimakasih atas ilmunya
BalasHapusTrimakasih atas ilmunya
BalasHapusThe casino bonus is up to $1000 a year - JTM Hub
BalasHapusThe casino bonus 목포 출장안마 is up 오산 출장안마 to $1000 a year, 경상남도 출장마사지 and it offers 50 free spins, no deposit bonus 춘천 출장샵 If you're looking for a way 남원 출장샵 to deposit real money,