Kamis, 29 Januari 2015

Inovasi Pembelajaran Kontekstual

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Dalam suatu pembelajaran pendekatan merupakan faktor penunjang keberhasilan, selain faktor -  faktor penunjang lainnya seperti kurikulum yang menjadi acuan dasar, program pengajaran, kualitas guru, pemahaman tiap karakteristik peserta didik, sumber belajar, strategi, metode, teknik atau bentuk evaluasi sampai dengan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Dalam hal ini berarti pendekatan hanyalah salah satu dari sekian faktor penunjang keberhasilan pembelajaran yang perlu mendapatkan perhatian dalam keseluruhan pengelolaan pembelajaran.
Dalam makalah ini akan membahas pendekatan pembalajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL).  Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatan dalam kehidupan nyata. Hal ini karean pemahaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan peserta didik, baik dilingkungan keluarga, masyarakat ataupun lingkungan sekolah.
Pembelajaran yang selama ini yang diterima peserta didik hanyalah penonjolan pada tingkat hapalan dari sekian rentetan topik atau pokok bahasan, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman yang mendalam, yang bisa mereka terapkan ketika berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas yang berkaitan dengan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning ( CTL ), yang meliputi pengertian pembelajaran kontekstual, karakteristik, pendekatan, prinsip - prinsip, komponen - komponen, model, serta strategi dalam pembelajaran kontekstual.
B.     Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam Makalah ini adalah:
1.      Apa pengertian dan Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual ?
2.      Apa saja karakteristik pembelajaran kontekstual ?
3.      Apa saja pendekatan pembelajaran kontekstual ?
4.      Apa saja prinsip -  prinsip pembelajaran kontekstual ?
5.      Apa saja komponen - komponen pembelajaran kontekstual ?
6.      Bagaimana Model pembelajaran kontekstual ?
7.      Bagaimana strategi pembelajaran kontekstual ?

C.      Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan penulisan dalam Makalah ini adalah:
1.      Memahami pengertian dan Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual.
2.      Mengetahui karakteristik Pembelajaran Kontekstual.
3.      Mengetahui pendekatan dalam Pembelajaran Kontekstual.
4.      Mengetahui Prinsip -  prinsip Pembelajaran Kontekstual.
5.      Mengetahui Komponen  -  komponen Pembelajaran Kontekstual.
6.      Mengatahui Model Pembelajaran Kontekstual.
7.      Memahami Strategi Pembelajaran Kontekstual.

D.      Manfaat Penulisan
Adapun Manfaat dalam penulisan Makalah ini adalah:
1.      Agar dapat Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa sebagai calon pengajar  mengenai pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
2.      Agar dapat mengimplementasikan pembelajaran Kontekstual sebagai upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajaran.




















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks)”(KUBI, 2002). Secara umum, Kontekstual (Contextual) mengandung arti yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna, dan kepentingan.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya 2005). Wina Sanjaya (2008) menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sedangkan menurut Departement of Education Office of Vocational and Adult Education and the National School to work Office, Pembelajaran Kontekstual (Contextual teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari - hari.
Dari pengertian pembelajaran kontekstual diatas dapat diperjelas sebagai berikut:
v  Pertama, pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar berorientasi pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran akan tetepi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
v  Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya peserta didik dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata dimasyarakat. Hal ini akan memperkuat dugaan bahwa materi yang telah dipelajari akan tetap tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

B.      Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Terdapat lima karakteristik penting dalam menggunakan proses pembelajaran kontekstual, yaitu :
1.      Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2.      Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3.      Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4.      Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut,artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5.      Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

C.     Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Banyak pendekatan yang kenal dan digunakan dalam pembelajaran dan tiap-tiap pendekatan memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa, kemampuan berfikir, aktivitas, pengalaman siswa, berfokus pada guru, berfokus pada masalah (personal, lingkungan, sosial), berfokus pada teknologi seperti sistem instruksional, media dan sumber belajar.
Berkenaan dengan aspek kehidupan dan lingkungan, maka pendekatan pembelajaran ada keterlibatan pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian, serta konteks kehidupan dan lingkungan. Pembelajaran dengan fokus-fokus tersebut secara konprehensif tercantum dalam pembelajaran kontekstual.
Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang berkembang. Anak bukanlah orang dewasa kecil, melainkan organisme yang sedang berada pada tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian peran guru tidak lagi sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak, melainkan sebagai pembimbing agar siswa mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.
Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang bersifat aneh dan lucu. Oleh karena itu, belajar bagi mereke mencoba memecahkan persoalan yang menantang. Guru berperan sebagai pemilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh anak. Guru membantu agar setiap siswa mampu mengaitkan antara pengalaman baru dengan sebelumnya, memfasilitasi atau mempermudah agar siswa mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.
Dengan demikian, pendekatan pembelajaran CTL menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. CTL memandang bahwa belajar bukanlah kegiatan menghafal, mengingat fakta-fakta, mendemonstrasikan latihan secara berulang-ulang akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Dalam pembelajaran CTL, belajar di alam terbuka merupakan tempat untuk memperoleh informasi sehingga menguji data hasil temuannya dari lapangan tadi baru dikaji di kelas. Sehingga materi pelajaran siswa menemukan sendiri, bukan hasil pemberian apalagi dialas guru
D.    Prinsip-prinsip Pembelajaran Kontekstual
Elaine B. Jhonson (2002), mengklaim bahwa dalam pembelajaran kontektual minimal ada tiga prinsip utama yang sering digunakan, yaitu saling ketergantungan (interdepence), diferensiensi (differetiation), dan pengorganisasian (self organization).
Pertama, prinsip saling ketergantungan (interdependence), menurut hasil kajian para ilmuan segala yang ada di dunia ini adalah saling berhubungan dan tergantung. Begitu pula dalam pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan suatu sistem kehidupan, yang terkait dalam kehidupan di rumah, di tempat bekerja dan di masyarakat. Saling berhubungan ini bukan hanya sebatas pada memberikan dukungan, kemudahan, akan tetapi juga memberi makna tersendiri, sebab makna ada jika ada hubangan yang berarti. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan hubungan antara bahan pelajaran dengan bahan lainnya, antara teori dengan praktek, antara bahan yang bersifat konsep dengan penerapan dalam kehidupan nyata.
Kedua, prinsip diferensiasi (differentiation) yang menunjukkan kepada sifat alam yang secara terus menerus menimbulkan perbedaan, keseragaman dan keunikan. Prinsip diferensiasi menunjukan kreativitas yang luar biasa dari alam semesta. Diferensiasi bukan hanya menunjukan perubahan dan kemajuan tanpa batas, akan tetapi juga kesatuan-kesatuan yang berbeda tersebut berhubungan, saling tergantung dalam keterpaduan yang bersifat simbiosos atau saling menguntungkan.
Prinsip pengorganisasian diri (self organization), setiap individu atau kesatuan dalam alam semesta mempunyai potensi yang melekat yaitu kesadaran sebagai kesatuan utuh yang berbeda dari yang lain. Prinsip organisasi diri, menuntut para pendidik dan para pengajar di sekolah agar mendorong tiap siswanya untuk memahami dan merealisasi semua potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin. Pembelajaran kontekstual diarahkan untuk membantu siswa mencapai keunggulan akademik,penguasaan keterampilan standar, pengembangan sikap dan moral sesuai dengan harapan masyarakat.
E.     Komponen-komponen dalam Pembelajaran kontekstual
Komponen-komponen pembelajaran kontekstual melandasi pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual yang memiliki tujuh asas meliputi : kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata.
1.      Konstruktivisme
Komponen Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman dan pengetahuan. Jean piaget (Sanjaya,2005) menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu berasal dari luar akan tetapi dikontruksi dari dalam diri seseorang.
Pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses memperoleh pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri.

2.      Inkuiri
Komponen Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Dalam model inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah sistematis yaitu : merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan, dan membuat kesimpulan. Penerapan model inkuiri dapat dilakukan dalam proses pembelajaran kontekstual, dimulai atas kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan.

3.      Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan  menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses kontekstual guru tidak banyak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi berusaha memancing agar siswa menemukan sendiri. Melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi peloajaran, membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu dan membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri.

4.      Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar dalam  pembelajaran  kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain (team work). Hasil belajar dapat diperoleh secara sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok berbagi pengalaman pada orang lain. Pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang bervariasi sangat mendukung komponen learning community ini.

5.      Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud  asas modeling adalah  proses pembelajaran dengan  memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siap siswa. Prinsip-prinsip komponen  modeling yang dapat diperhatiakan guru ketika melaksanakan pembelajaran ialah melalui model atau contoh pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap yang bisa ditiru dan hasil karya atau model penampilan.
6.      Refleksi (reflection)
Komponen Refleksi ini merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Dalam  proses pembelajaran kontekstual, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
7.      Penilaian nyata (Autentik Assessment)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
  1. Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran dimana siswa belajar melalui kegiatan kelompok seperti kerja kelompok, berdiskusi, praktikum kelompok, saling bertukar fikiran, memberi dan menerima informasi.
Ada beberapa tahapan dalam model pembelajaran kontekstual, Tahapan pembelajaran tersebut dapat dilihat pada diagram dibawah ini:




Text Box: EKSPLORASI
 





     Diagram tahapan pembelajaran Kontekstual
Tahapan pembelajaran kontekstual meliputi empat tahap, yaitu:
  1. Tahap invitasi
Di sini, diharapkan agar siswa dapat mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan,, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut.
  1. Tahap eksplorasi
Dalam tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasikan data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru.
  1. Tahap penjelasan dan solusi
Siswa memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman, dan ringkasan.
  1. Tahapan pengambilan tindakan
Berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran kontekstual tersebut, maka langkah-langkah pembelajaran kontekstual seperti :
  1. Pendahuluan
1)      Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi yang akan dipelajari
2)      Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual
a)      Siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa
b)      Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalkan kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke TPS (lingkungan hidup) dan kelompok 3 dan 4 observasi ke TPA (pembuangan sampah).
c)      Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang berhubungan dengan hasil temuan saat observasi tadi.
3)      Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
  1. Inti
Di lapangan
1)      Siswa melakukan observasi ke TPS sesuai dengan pembagian tugas kelompok
2)      Siswa mencatat hal-hal yang mere temukan tadi sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya
Di dalam kelas
1)      Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka tadi sesuai dengan kelompoknya masing-masing
2)      Siswa mempresentasikan/melaporkan hasil diskusi
3)      Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
  1. Penutup
1)      Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah temuan sesuia dengan indicator hasil belajar yang harus dicapai
2)      Guru menugaskan siswa untuk membuat tugas tentang pengalaman belajar mereka dengan tema “Pembuangan Sampah”.
  1. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Beberapa strategi pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain sebagai berikut:
  1. Pembelajaran berbasis masalah
  2. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
  3. Memberikan aktivitas kelompok
  4. Membuat aktivitas belajar belajar mandiri
  5. Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat
  6. Menerapkan penilaian autentik
Johnson A. Zahorik dalam Constructivist Teaching (1995:14-22) mencatat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual. Lima elemen yang dimaksud antara lain sebagai berikut:
1)      Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).
2)      Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan terlebih dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
3)      Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (a) konsep sementara (hipotesis), (b) melakuakan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi), dan atas tanggapan itu (c) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
4)      Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge)
5)      Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pembelajaran Kontekstual (CTL) merupakan model atau pendekatan yang menekankan katerlibatan siswa setiap tahapan pembelajaran dengan cara menghubungkan dengan situasi kehidupan yang dialami peserta didik sehari - hari sehinga pemahaman materi diterapkan dalam kehidupan nyata. Karakteristik (CTL) adalah pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru. Pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk diyakini dan diterapkan, mempraktikan pengalaman dalam kehidupan nyata dan melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengatahuan.
Pendekatan pembelajaran (CTL) menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. Prinsip - prinsip pembelajaran kontekstual meliputi tiga prinsip utama, yaitu: saling ketergantungan (interdependence), diferensiasi (differentiation), dan pengorganisasian diri (self organitation). Adapun komponen - komponen pembelajaran (CTL) dalam menerapkan pola pembelajaran meliputi asas konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, rafleksi dan penilaian nyata. Dalam pembelajaran kontekstual ada empat tahapan pembelajaran meliputi: Invitasi, Eksporasi, penjelasan dan solusi serta pengambilan tindakan. Serta strategi yang diterapkan guru sebagai pengajar dengan membawa siswa kedalam lingkungan kehidupan yang lebih nyata (real) agar siswa dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya dalam belajar sehingga memperolah pengalam belajar yang bermakna.

B.     Saran
Dengan pemahaman tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) ini diharapkan semua bagi calon pengajar (guru) dapat menerapkan strategi ini dalam melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) di sekolah dan dapat lebih meningkatkan kualitas maupun kuantitas pengajaran sehingga dapat mencapai hasil yang telah dirumuskan dalam tujuan intruksional.




Daftar Pustaka
Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara
Budiningsih, C. Asri, DR. 2005. Belajar dan Mengajar. Jajarta: Rineka Cipta
Wina, Sanjaya (2008). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana
http://www. Download./2012/10/9/. Pengertian Pembelajaran Kontekstual- ctl. html




4 komentar:

  1. The casino bonus is up to $1000 a year - JTM Hub
    The casino bonus 목포 출장안마 is up 오산 출장안마 to $1000 a year, 경상남도 출장마사지 and it offers 50 free spins, no deposit bonus 춘천 출장샵 If you're looking for a way 남원 출장샵 to deposit real money,

    BalasHapus