Kamis, 29 Januari 2015

Konsep Dasar Inovasi Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan, merupakan suatu upaya untuk menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan jalan memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan yang cenderung mengejar efisiensi dan efektivitas.
Pembaharuan mengiringi perputaran zaman yang tak henti-hentinya berputar sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan. Kebutuhan akan layanan individual terhadap peserta didik dan perbaikan kesempatan belajar bagi mereka, telah menjadi pendorong utama timbulnya pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus menerus mengupayakan suatu program yang sesuai dengan perkembangan anak, perkembangan zaman, situasi, kondisi, dan kebutuhan peserta didik.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan di bahas, yaitu :
  1. Apakah pengertian inovasi?
  2. Apakah pengertian inovasi pendidikan?
  3. Apakah perbedaan antara diskoveri, invensi dan modernisasi?
  4. Apakah faktor penyebab terjadinya inovasi dalam pendidikan?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu:
1.      Mengetahui pengertian inovasi.
2.      Mengetahui pengertian inovasi pendidikan.
3.      Mengetahui perbedaan diskoveri, invensi dan modernisasi.
4.      Mengetahui faktor penyebab terjadinya inovasi dalam pendidikan.



D.    Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini dengan kajian pustaka. Yakni dengan mengkaji buku-buku atau reverensi yang relevan sesuai dengan topik-topik yang di bahas.




























BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN INOVASI
Kata “innovation” (bahasa inggris) sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972; Santoso S. Hamijoyo, 1996). Untuk memperluas wawasan serta memperjelas pengertian inovasi pendidikan, maka perlu dibicarakan dulu tentang pengertian discovery, invention, dan innovation sebelum membicarakan tentang pengertian inovasi pendidikan.
Diskoveri (discovery) adalah penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditentukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang.
Invensi (invention) adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru.
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Pengertian Inovasi menurut Everett M. Rogers, mendefisisikan bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
Pengertian Inovasi menurut Stephen Robbins, mendefinisikan, inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.
Pengertian inovasi menurut Van de Ven, Andrew H, inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh orang dimana dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-transaksi dengan orang lain dalam suatu tatanan  organisasi.
Pengertian inovasi menurut Kuniyoshi Urabe, inovasi bukan merupakan kegiatan satu kali pukul (one time phenomenon), melainkan suatu proses panjang dan kumulatif yang meliputi banyak proses pengambilan  keputusan  di dan oleh  organisasi dari mulai penemuan gagasan sampai implementasinya di pasar.
Pengertian Inovasi menurut UU No. 18 tahun 2002, inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.
Ansyar, Nurtain (1991), menjelaskan bahwa Inovasi adalah gagasan, perbuatan, atau sesuatu yang baru dalam konteks sosial tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi.
Menurut Santoso (1974), Tujuan utama Inovasi adalah meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang, dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi.

B.     PENGERTIAN INOVASI PENDIDIKAN
Pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dan persoalan, diantaranya:
1.      Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat dan sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapat pendidikan, yang secara komulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.
2.      Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern mengkehendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan terus menerus, dan dengan demikian menuntut pendidikan yang lebih lama sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup.
3.      Berkembangnyaa teknologi yang mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya, tetapi yang sering kali ditangani sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian peranan manusiawi.
Tantangan-tantangan di atas lebih berat lagi dirasakan karena berbagai persoalan datang, baik dari luar maupun dari dalam sistem pendidikan itu sendiri, diantaranya:
1.      Sumber-sumber yang makin terbatas dan belum dimanfaatkannya sumber yang ada secara efektif dan efisien.
2.      Sistem pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang masih kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum menarik, dan sebagainya.
3.      Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan mantap, serta belum peka terhadap perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa kini maupun masa akan datang.
4.      Masih kabur dan belum mantapnya konsepsi tentang pendidikan dan interpretasinya dalam praktek.

Keseluruhan tantangan dan persoalan tersebut memerlukan pemikiran kembali yang mendalam dan pendekatan yang baru yang progresif. Pendekatan ini harus selalu didahului dengan penjelajahan yang mendahului percobaan, dan tidak boleh semata-mata atas dasar coba-coba. Gagasan baru sebagai hasil pemikiran kembali haruslah mampu memecahkan persoalan yang tidak terpecahkan hanya dengan caraa yang tradisional atau komersial. Gagasan dan pendekatan baru yang memenuhi ketentuan inilah yang dinamakan inovasi pendidikan.
Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya), serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan istilah yang menjadi kunci pengertian inovasi pendidkan, sebagai berikut :
-          “Baru” dalam inovasi dapat diartikan apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilakasanakan oleh penerima inovasi, meskipun bukan baru lagi bagi orang lain. Akan tetapi, yang lebih penting dari sifatnya yang baru ialah sifat kualitatif berbeda dari sebelumnya.
-          “ Kualitatif” berarti inovasi itu memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan kembali unsusr-unsur dalam pendidikan. Jadi bukan semata-mata penjumlahan atau penambahan unsur-unsur setiap komponen. Tindakan menambah anggaran belanja supaya tidak lebih banyak mengadakan murid, guru, kelas, dan sebagainya, meskipun perlu dan penting, bukan merupakan tindak inovasi. Akan tetapi, tindakan mengatur kembali jenis dan pengelompokan pelajaran, waktu, ruang kelas, cara-cara menyampaikan pelajaran, sehingga dengan tenaga, alat, uang, dan waktu yang sama dapat menjangkau sasaran siswa yang lebih banyak dan dicapai kualitas yang lebih tinggi adalah tindakan inovasi.
-          “Hal” yang dimaksud dalam definisi tadi banyak sekali, meliputi semua komponen dan aspek dalam subsistem pendidikan. Hal-hal yang diperbaharui pada hakikatnya adalah ide atau rangkai ide. Sementara inovasi karena sifatnya, tetap bercorak mental, sedangkan yang lain memperoleh bentuk nyata. Termasuk hal yang diperbaharui ialah buah pikiran, metode, dan teknik bekerja, mengatur, mendidik, perbuatan, peraturan norma, barang, dan alat.
-          “ Kesengajaan” merupakan unsur perkembangan baru dalam pemikiran para pendidikan dewasa ini. Pembatasan arti secara fungsional ini lebih banyak mengutarakan harapan kalangan pendidkan agar kita kembali pada pembelajaran (learning), dan pengajaran (teaching), dan menghindari diri dari pembaharuan perkakas (gadgeteering). Sering digunakannya kata-kata dan dikembangkannya konsepsi-konsepsi inovasi pendidikan dan kebijakansanaan serta strategi untuk melaksanakannya, membuktikan adanya anggapan yang kuat bahwa inovasi dan menyempurnakan pendidikan harus dilakukan secara sengaja dan berencana, dan tidak dapat diserahkan menurut cara-cara kebetulan atau sekedar berdasarkan hobi perseorangan belaka.
-          “Meningkatkan Kemampuan” mengandung arti bahwa tujuan utama inovasi ialah kemampuan sumber-sumber tenaga, uang, dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi. Pendeknya keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.
-          “Tujuan” yang direncanakan harus dirinci dengan jelas tentang sasaran dan hasil-hasil yang ingin dicapai, yang sedapat mungkin dapat diukur untuk mengetahui perbedaan antara keadaan sesudah dan sebelum inovasi dilaksanakan. Sedangkan tujuan dari inovasi itu sendiri adalah efisiensi dan efektivitas, mengenai sasaran jumlah anak didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan yang sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan anak didik, masyarakat, dan pembangunan) dengan menggunakan sumber tenaga, uang, alat, dan waktu dalam jumlah sekecil-kecilnya. Hasil inovasi tidak selamanya baik, dapat sebaliknya ataupun tidak penting. Bilamana demikian, apa yang semula dianggap sebagai inovasi setelah diuji,baik secara teori maupun praktis, tidak lagi dianggap sebagai inovasi seperti disebutkan semula.

Dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud Inovasi  pendidikan  adalah  inovasi  dalam  bidang  pendidikan  atau  inovasi untuk  memecahkan  masalah  pendidikan.  Jadi  inovasi  pendidikan  ialah  suatu  ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau  sekelompok  orang  (masyarakat)  baik  berupa  hasil  invensi  atau  diskaveri, yang  digunakan  untuk  mencapai  tujuan  pendidikan  atau  untuk  memecahkan  masalah pendidikan.
Pendidikan  adalah  suatu  sistem,  maka  inovasi  pendidikan  mencakup  hal-hal  yang  berhubungan  dengan  komponen  sistem  pendidikan,  baik  sistem  dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam  arti  yang  luas  misalnya  sistem  pendidikan  nasional.  Mattew  B.  Miller menjelaskan  pengertian  inovasi  pendidikan  sebagai  berikut:  ”To  give  more concreteness  the  universe  called  ”educational  innovations”  some  samples  are described  billow.  They  are  organized  according  to  the  aspect  of  a  social  system which  they  appear  to  be  most  clearly  associated.  In  most  cases  social  system involved should be taken to be that of a school or cell although some innovations
take place within the context of many larger systems.”
Berikut  ini  contoh-contoh  inovasi  pendidikan  dalam  setiap  komponen pendidikan atau komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh B.Miles,  dengan  perubahan  isi  disesuaikan  dengan  perkembangan  pendidikan dewasa ini.
Pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial tentu  menentukan  personal  (orang)  sebagai  komponen  sistem.  Inovasi  yang sesuai  dengan  komponen  personal  misalnya:  peningkatan  mutu  guru,  sistem kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan sebagainya.
Banyaknya  personal  dan  wilayah  kerja.  Sistem  sosial  tentu  menjelaskan tentang  berapa  jumlah  personalia  yang  terikat  dalam    sistem  serta  dimana wilayah  kerjanya.  Inovasi  pendidikan  yang  relevan  dengan  aspek  ini misalnya: berapa ratio guru siswa pada  satu sekolah dalam sistem PAMONG pernah  diperkenalkan  ini  dengan  ratio  1  :  200  artinya  satu  guru  dengan  200 siswa).  Sekolah  Dasar  di  Amerika  satu  guru  dengan  27  siswa,  perubahan besar wilayah kepemilikan, dan sebagainya.
-  Fasilitas  fisik.  Sistem  sosial  termasuk  juga  sistem  pendidikan mendayagunakan berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi  pendidikan  yang  sesuai  dengan  komponen  ini  misalnya:  perubahan bentuk  tempat  duduk  (satu  anak  satu  kursi  dan  satu  meja),  perubahan pengaturan  dinding  ruangan  (dinding  batas  antar  ruang  dibuat  yang  mudah dibuka, sehingga pada diperlukan dua ruangan dapat disatukan), perlengkapan
perabot  laboratorium  bahasa,  penggunaan  CCTV  (TVCT-  Televisi  Stasiun
Terbatas), dan sebagainya.
Penggunaan  waktu.  Suatu  sistem  pendidikan  tentu  memiliki  perencanaan penggunaan  waktu.  Inovasi  yang  relevan  dengan  komponen  ini  misalnya: pengaturan waktu belajar (semester, catur wulan, pembuatan jadwal pelajaran yang  dapat  memberi  kesempatan  mahasiswa  untuk  memilih  waktu  sesuai dengan keperluannya, dan sebagainya.
-  Perumusan  tujuan.  Sistem  pendidikan  tentu  memiliki  rumusan  tujuan  yang jelas. Inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis sekolah (rumusan tujuan TK, SD disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan  tantangan  kehidupan),  perubahan  rumusan  tujuan  pendidikan nasional dan sebagainya.
-  Prosedur.  Sistem  pendidikan  tentu  mempunyai  prosedur  untuk  mencapai tujuan.  Inovasi  pendidikan  yang  relevan  dengan  komponen  ini  misalnya: penggunaan  kurikulum  baru,  cara  membuat  persiapan  mengajar,  pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.
Peran  yang  diperlukan.  Dalam  sistem  sosial  termasuk  sistem  pendidikan diperlukan  kejelasan  peran  yang  diperlukan  untuk  melancarkan  jalannya pencapaian  tujuan  inovasi  yang  relevan  dengan  komponen  ini,  misalnya: peran  guru  sebagai  pemakai  media  (maka  diperlukan  keterampilan menggunakan berbagai macam media), peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team teaching, dan sebagainya.
-  Wawasan  dan  perasaan.  Dalam  interaksi  sosial  biasanya  berkembang  suatu wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.  Kesamaan  wawasan  dan  perasaan  dalam  melaksanakan  tugas  untuk mencapai  tujuan  pendidikan  yang  sudah  ditentukan  akan  mempercepat tercapainnya  tujuan.  Inovasi  yang  relevan  dengan  bidang  ini  misalnya: wawasan  pendidikan  seumur  hidup,  wawasan  pendekatan  keterampilan proses,  perasaan  cinta  pada  pekerjaan  guru,  kesediaan  berkorban,  kesabaran sangat  diperlukan  untuk  menunjang  pelaksanaan  kurikulum  SD  yang disempurnakan, dan sebagainya.
Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme  kerja).  Dalam sistem pendidikan perlu  ada  kejelasan  hubungan  antara  bagian  atau  mekanisme  kerja  antara bagian  dalam  pelaksanaan  kegiatan  untuk  mencapai  tujuan.  Inovasi  yang relevan dengan komponen ini misalnya: diadakan perubahan pembagian tugas antara  seksi  di  kantor  departemen  pendidikan  dan  mekanisme  kerja  antar seksi, di perguruan tinggi diadakan perubahan hubungan kerja antara jurusan, fakultas,  dan  biro  registrasi  tentang  pengadministrasian  nilai  mahasiswa,  dan sebagainya.
Hubungan dengan sistem yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam beberapa hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang lain.  Inovasi  yang  relevan  dengan  bidang  ini  misalnya:  dalam  pelaksanaan usaha  kesehatan  sekolah  bekerjasama  atau  berhubungan  dengan  Departemen Kesehatan,  data  pelaksanaan  KKN  harus  kerjasama  dengan  Pemerintah Daerah setempat, dan sebagainya.
Strategi.  Yang  dimaksud  dengan  strategi  dalam  hal  ini  ialah  tahap-tahap kegiatan  yang  dilaksanakan  untuk  mencapai  tujuan  inovasi  pendidikan. Adapun  macam  dan  pola  strategi  yang  digunakan  sangat  sukar  untuk diklasifikasikan,  tetapi  secara  kronologis  biasanya  menggunakan  pola  urutan sebagai berikut:
1) Desain.  Ditemukannya  suatu  inovasi  dengan  perencanaan  penyebarannya berdasarkan  suatu  penelitian  dan  obeservasi  atau  hasil  penilaian  terhadap pelaksanaan sistem pendidikan yang sudah ada.
2) Kesadaran  dan  perhatian.  Suatu  potensi  yang  sangat  menunjang berhasilnya  inovasi  ialah  adanya  kesadaran  dan  perhatian  sasaran  inovasi (baik  individu  maupun  kelompok)  akan  perlunya  inovasi.  Berdasarkan kesadaran itu mereka akan berusaha mencari informasi tentang inovasi.
3) Evaluasi.  Para  sasaran  inovasi  mengadakan  penilaian  terhadap  inovasi tentang  kemampuannya  untuk  mencapai  tujuan,  tentang  kemungkinan dapat  terlaksananya  sesuai  dengan  kondisi  situasi,  pembiayaannya  dan sebagainya.
4) Percobaan.  Para  sasaran  inovasi  mencoba  menerapkan  inovasi  untuk membuktikan  apakah  memang  benar  inovasi  yang  dinilai  baik  itu  dapat diterapkan  seperti  yang  diharapkan.  Jika  ternyata  berhasil  maka  inovasi akan diterima dan terlaksana dengan sempurna sesuai strategi inovasi yang telah direncanakan.

C.    INOVASI DAN MODERNISASI
Pada  waktu  membicarakan  inovasi  sering  orang  mengajukan  pertanyaan tentang  modernisasi,  karena  antara  keduanya  tampak  persamaan  yaitu  kedua-duanya  merupakan  perubahan  sosial.  Agar  dapat  mengetahui  apa  perbedaan  dan juga  kaitan  antara  inovasi  dan  modernisasi,  perlu  dipahami  apa  inovasi  dan  apa modernisasi,  baru  kemudian  dicari  kaitan  antara  keduanya.  Inovasi  telah dibicarakan maka sekarang dibicarakan modernisasi.
Istilah  (term)  “modern”  mempunyai  berbagai  macam  arti  dan  juga mengandung  berbagai  macam  tambahan  arti  (connotations).  Istilah  modern  ini digunakan tidak hanya untuk orang-orang tetapi juga untuk bangsa, sistem politik, ekonomi  lembaga  seperti  rumah  sakit,  sekolah,  perguruan  tinggi,  perumahan, pakaian, serta bebagai macam kebiasaan. Pada umumnya kata modern digunakan untuk  menunjukkan  terjadinya  perubahan  ke  arah  yang  lebih  baik,  lebih  maju dalam arti lebih menyenangkan, lebih meningkatkan kesejahteraan hidup. Dengan cara baru (modern) sesuatu akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Misalnya  dalam  perkembangan  transportasi,  karena  kuda  lebih  modern  daripada gerobak  yang  ditarik  orang,  tetapi  mobil  lebih  modern  daripada    kereta  kuda, pesawat  lebih  modern  daripada  mobil.  Jadi  “modern”  dari  satu  segi  dapat diartikan  sesuatu  yang  baru  dalam  arti  lebih  maju  atau  lebih  baik  daripada  yang sudah ada. Baik dalam arti lebih memberikan kesejahteraan atau kesenangan bagi kehidupan.
Eissentadt  menjelaskan  bahwa  menurut  sejarahnya  modernisasi  adalah proses  perubahan  sistem  sosial,  ekonomi,  dan  politik,  yang  telah  berkembang  di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke 17 sampai abad ke 19, dan kemudian telah  berkembang  pula  di  berbagai  Negara  di  Eropa.  Dalam  abad  ke  19  dan  20 berkembang  pula  ke  Amerika  Selatan,  Asia,  dan  Afrika.  Proses  perkembangan atau  perubahan  itu  berlangsung  secara  bertahap,  dan  tidak  semua  masyarakat berkembang  dalam  tahap  urutan  yang  sama.  Jadi  modernisasi  pada  dasarnya merupakan  proses  perkembangan,  secara  kebetulan  Eropa  Barat  dan  Amerika Utara  telah  berkembang  lebih  dahulu,  dan  sekarang  bangsa  dari  dunia  ketiga sedang  berjuang  untuk  menyamakan  diri  mencapai  status  kehidupan  modern. Dengan kata lain modernisasi adalah bekerja sama dengan dunia dengan maksud agar  dapat  meningkatkan  hal-hal  yang  esensial  dalam  kehidupan,  walaupun mungkin juga terjadi kekacauan atau perpecahan. (M. Francais Abraham, 1980:4).
Inkeles  mengemukakan  secara  detail  tentang  ciri-ciri  manusia  modern, berdasarkan penelitiannya pada masyarakat  yang  industrinya sudah maju.  Antara lain  ia  mengemukakan  bahwa  ada  12  aspek  yang  menjadi  tanda  (karakteristik) manusia modern yaitu:
1.  Bersikap  terbuka  terhadap  pengalaman  baru,  artinya  jika  menghadapi tawaran  atau  ajakan  hal-hal  yang  baru  yang  lebih  menguntungkan  untuk kehidupannya akan selalu mau memikirkan dan kemudian mau menerimanya, tidak menutup diri terhadap perubahan.
2.  Selalu  siap  menghadapi  perubahan  sosial,  artinya  siap  untuk  menerima perubahan-perubahan  yang  terjadi  dalam  masyarakat,  misalnya  partisipasi dalam bidang politik, peningkatan kesempatan kerja bagi wanita, perpindahan penduduk,  pergaulan  atau  hubungan  orang  tua  dengan  pemuda  dan sebagainya. Manusia modern siap untuk memahami perubahan yang terjadi di sekitarnya.
3.  Berpandangan  yang  luas,  artinya  pendapat-pendapatnya  tidak  hanya berdasarkan  apa  yang  ada  pada  dirinya,  tetapi  mau  menerima  pendapat  yang datang  dari  luar  dirinya  serta  dapat  memahami  adanya  perbedaan  pandangan dengan orang lain. Ia dapat memahami sikap orang lain yang berbeda dengan dirinya.
4.  Mempunyai  dorongan  ingin  tahu  yang  kuat.  Manusia  modern  akan  selalu berusaha  memperoleh  informasi  tentang  apa  yang  terjadi  di  lingkungannya dan juga informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan kehidupannya.
5.  Manusia modern lebih berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang  daripada  masa  yang  lampau.  Manusia  modern  tidak  hanya  akan mengenang kejayaan atau kegagalan masa lalu, tetapi lebih aktif untuk berfikir bagaimana masa sekarang dan yang datang.
6.  Manusia  modern  berorientasi  dan  juga  percaya  pada  perencanaan  baik jangka  panjang  maupun  jangka  pendek.  Kehidupan  manusia  moden  selalu direncanakan sebelumnya melalui perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
7.  Manusia  modern  lebih  percaya  pada  hasil  perhitungan  manusia  dan pemikiran  manusia  daripada  takdir  atau  pembawaan.  Ia  percaya  bahwa manusia dapat mengontrol kejadian di sekitarnya.
8.  Manusia  modern  menghargai  ketrampilan  teknik  dan  juga  menggunakannya sebagai dasar pemberian imbalan.
9.  Wawasan  pendidikan  dan  pekerjaan.  Manusia  modern  memiliki  wawasan yang  lebih  maju  tentang  pendidikan  dan  pekerjaan.  Pendidikan  di  sekolah formal lebih ditekankan untuk menguasai keterampilan membaca, menulis dan berhitung daripada untuk melaksanakan pendidikan agama atau moral, karena ilmu pengetahuan dan teknologi  yang akan dapat dipakai untuk memecahkan masalah kehidupan. Demikian pula manusia modern akan memiliki pekerjaan yang  dapat  memberi  keuntungan  walaupun  mungkin  melanggar  sangsi kepercayaan tradisional.
10. Manusia  modern  menyadari  dan  menghargai  kemuliaan  orang  lain  terutama orang yang lemah seperti wanita, anak-anak, dan bawahannya.
11. Memahami perlunya produksi. Manusia modern dalam mengambil keputusan akan  mempertimbangkan  juga  sejauh  mana  dampak  terhadap  hasil  produksi dari  suatu  industri  (ia  sebagai  pegawai  perusahaan  ikut  menyadari  akan kepentingan perusahaan).

Berdasarkan  uraian  tersebut  kini  tiba  saatnya  untuk  membicarakan  kaitan antara  inovasi  dan  modernisasi.  Inovasi  dan  modernisasi  keduanya  merupakan perubahan  sosial,  perbedaannya  hanya  pada  penekanan  ciri  dari  perubahan  itu. Inovasi menekankan pada ciri adanya sesuatu  yang diamati sebagai sesuatu yang baru  bagi  individu  atau  masyarakat  sedangkan  modernisasi  menekankan  pada adanya  proses  perubahan  dari  tradisional  ke  modern,  atau  dari  yang  belum  maju ke  yang  sudah  maju.  Jadi  dapat  disimpulkan  bahwa  diterimanya  suatu  inovasi sebagai  tanda  adanya  modernisasi.  Misalnya  untuk  meningkatkan  kesejahteraan perlu  diadakan  transmigrasi.  Transmigrasi  merupakan  hal  yang  baru  bagi masyarakat, maka transmigrasi adalah suatu inovasi. Masyarakat yang sudah mau menerima  ide  transmigrasi  dan  mau  melaksanakan  transmigrasi  berarti  sudah memenuhi  ciri  masyarakat  modern  yang  siap  menghadapi  perubahan  dan meninggalkan  pola  pikir  tradisi  yang  bersemboyan  (bahasa  Jawa)  ”mangan ora mangan yen  kumi”  artinya  meskipun  tidak  makan  asal  tetap  berkumpul  dengan sesama saudara.

D.    KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN
Cepat lambat penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Misalnya penyebarluasan penggunaan kalkulator dan “blue jean”, dalam waktu 1 sampai 5 tahun sudah merata keseluruh Amerika Serikat, sedangkan penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil baru tersebar merata setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Everret M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut :
1.                  Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial ( gengsi ), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
2.                  Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada. Misalnya penyebarluasan penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar inovasi akan terhambat.
3.                  Kompleksitas (complexity) ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang tidak dimasak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
4.                  Trialabilitas (trialibility) ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.
5.                  Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat. Misalnya penyebarlusan bibit unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil yang nyata menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.
Zatman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atributnya sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman,1973:32-50). Untuk memperjelas kaitan antara inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi), maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan Zaltman, sebagai berikut :
1.                  Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan penerimaan inovasi dipengaruhi oleh pembiayaan, baik pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya. Walaupun diketahui pula bahwa biasanya tingginya pembiayaan ada kaitannya dengan kualitas inovasi itu sendiri. Misalnya penggunaan modul di sekolah dasar. Ditinjau dari pengembangan pribadi anak, kemandirian dalam usaha (belajar) mempunyai nilai positif, tetapi karena pembiayaan mahal maka akhirnya tidak dapat disebarluaskan.
2.                  Balik modal (returns to investment), atribut ini hanya ada dalam inovasi dibidang perusahaan atau industry. Artinya suatu inovasi akan dapat dilaksanakan kalau hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan (perusahaan tidak merugi). Untuk bidang pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan karena hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan nyata dalam waktu relatif singkat.
3.                  Efisiensi, inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaan dapat menghemat waktu dan juga terhindar dari berbagai masalah atau hambatan.
4.                  Resiko dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika mengandung resiko yang sekecil-kecinya bagi penerima inovasi.
5.                  Mudah dikomunikasikan, inovasi akan cepatditerima bila isinya mudah dikomunikasikan dan mudah diterima klien.
6.                  Kompatibilitas, cepat lambatnya penerimaan inovasi tergantung dari kesesuaiannya dengan nilai-nilai (value) warga masyarakat.
7.                  Kompleksitas, inovasi yang dapat mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar dengan cepat.
8.                  Status ilmiah, suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
9.                  Kadar keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima inovasi apabila dirasakan itu hal yang baru bagi mereka.
10.              Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
11.              Dapat dilihat dari batas sebelumnya, suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat apabila dapat dilihat batas sebelumnya.
12.              Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah diterima apabila warga masyarakat diikutsertakan dalam setiap proses yang dijalani.
13.              Hubungan interpersonal, maka jika hubungan interpersonal baik, dapat mempengaruhi temannya untuk menerima inovasi. Dengan hubungan yang baik maka orang yang menentang akan menjadi bersikap lunak, orang simpati akan menjadi tertarik dan orang yang tertarik akan menerima inovasi.
14.              Kepentingan umum atau pribadi (publicness versus privateness). Inovasi yang bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat diterima daripada inovasi yang ditujukan pada kepentingan sekelompok orang saja.
15.              Penyuluh inovasi (gatekeepers). untuk melancarkan hubungan dalam usaha mengenalkan suatu inovasi kepada organisasi sampai organisasi mau menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat menjadi penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka diperlukan orang-orang yang bertugas mendatangi warga masyarakat untuk menjelaskan perlunya melaksanakan program KB. Tersedianya penyuluh inovasi akan mempengaruhi kecepatan penerimaan inovasi.
Demikian berbagai macam atribut inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para pendidik dapat menganalisa inovasi pendidikan yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu mempercepat proses penerimaan inovasi.
















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kata inovasai sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan dan kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa Inggris “discovery” dan “invention”. Ada juga yang mengaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan.
Timbulnya inovasi didalam pendidikan disebabkan oleh adanya persoalan dan tantangan yang pelu dipecahkan dengan pemikiran baru yang mendalam dan progresif. Inovasi pendidikan merupakan upaya dasar untuk memperbaiki aspek-aspek pendidikan agar lebih efektif dan efisien.
Modernisasi adalah proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional (yang belum modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang sudah modern). Diantara tanda-tanda masyarakat yang sudah maju (modern) ialah bidang ekonomi sudah makmur, bidang politik sudah stabil, dan terpenuhi pelayanan kebutuhan pendidikan kesehatan.
Perbedaan rumusan definisi modernisasi antara para ahli tersebut hanya perbedaan penekanan. Ada yang menekankan pada perubahan sosial secara menyeluruh yang mengartikan modernisasi sebagai proses perubahan kehidupan masyarakat. Ada juga yang menekankan pada perubahan pribadi (individu), artinya perubahan individu dari gaya atau pola hidup tradisional ke gaya atau pola hidup modern. Perubahan sikap, sifat atau gaya hidup individu terjadi sebagai akibat terjadinya perubahan kehidupan masyarakat yakni dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang sudah maju (industri).
Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari perbuatan itu. Inovasi menekankan pada ciri adanyan sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang barbagi individu atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan adanya proses perubahan dari tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang sudah maju. Jadi dapat disimpulkan bahwa diterimanya suatu inovasi sebagai tanda adanya modernisasi.
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Rogers mengemukakan 5 macam karakteristik inovasi yaitu: keuntungan relative, kompatibel, kompleksitas, triabilitas, dan dapat di amati. Demikian berbagai macam atribut inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para pendidik dapat menganalisa inovasi pendidikan yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu mempercepat proses penerimaan inovasi.

B.     Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadikan kita menjadi calon guru yang baik dan juga diharapkan bagi teman-teman terutama calon guru untuk memberikan kritik maupun saran yang sifatnya membangum terhadap isi makalah yang kami buat ini guna untuk perbaikan makalah kedepannya.


















DAFTAR PUSTAKA
Djam’an Satori, Udin Syefudin Sa’ud. 2007. Modul Inovasi Pendidikan Dasar. Bandung: Program Magister Pendidikan Dasar SPS. UPI. Bandung.
Alex Inkeles and David H. Smith, (1974), Becoming Modern, Individual Change
in  Six  Development  Countries.  Massachusett:  Harvard  University  Press
Cambridge
Roger  M  &  Shoemaker  F.  Floyd.  (1971).  Communication  of  Innovation.  New
York: The Free Press A Division of Macmillan Publishing Co. Inc.
Everett M. Rogers. (1983). Diffusion of Innovation. New York: The Free Press A
Division of Macmillan Publishing Co. Inc
Francis  Abraham  (1980).  Perspective  on  Modernization  toward  General  Theory
of Third World Development. Washington: University Press of America
Gerald  Zaltman,  Philip  Kolter,  Ira  Kaufman,  (1977).  Creating  Social  Change.
Holt  Rinehart  and  Winston,  Inc  New  York,  Chicago,  San  Francisco,
Atlanta, Dallas, Toronto.
Gerald  Zaltman  and  Robert  Duncan  (1977).  Strategies  for  Planned  Change.  A
Wiley-Interscience Publication John Wiley and Sons, New York. London,
Sydney, Toronto.
Gerald  Zaltman,  Rober  Duncan,  Johny  Holbek.  (1973).  Innovation  and
Organization.  A  Wiley-Interscience  Publication  John  Wiley  and  Sons,
New York. London, Sydney, Toronto.
Gerald Zaltman, David H. Florio, Linda a Sikorski. (1977). Dynamic Educational
Change.  New  York:  The  Free  Press  A  Division  of  Macmillan  Publishing
Co. Inc
R.G.  Havelock  &  A.M.  Huberman.  (1978).  Solving  Educational  Problems,
Praegar  Publisher,  A  Division  of  Holt,  Rinehart  and  Winston,  CBS,  Inc,
New York.
Mattew B. Miles (1964). Innovation in Education, Bureau of Publication Teachers
College. Columbia University New York

Tidak ada komentar:

Posting Komentar