BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang
studi terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak yang berkepentingan. Hal
tersebut setidak-tidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, perkembangan
kebutuhan dan aktivitas berbagai bidang kehidupan selalu meninggalkan
proses/hasil kerja lembaga pendidikan atau melaju lebih dahulu daripada proses
pengajaran dan pembelajaran sehingga hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran
tidak cocok/pas dengan kenyataan kehidupan yang diarungi oleh siswa. Kedua,
pandangan-pandangan dan temuan-temuan kajian (yang baru) dari berbagai bidang
tentang pembelajaran dan pengajaran membuat paradigma, falsafah, dan metodologi
pembelajaran yang ada sekarang tidak memadai atau tidak cocok lagi. Ketiga,
berbagai permasalahan dan kenyataan negatif tentang hasil pengajaran dan
pembelajaran menuntut diupayakannya pembaharuan paradigma, falsafah, dan
metodologi pengajaran dan pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan mutu dan
hasil pembelajaran dapat makin baik dan meningkat.
Dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia telah
berkelebatan. Beberapa di antaranya yaitu pembelajaran konstruktivis,
pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran aktif, pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learning, CTL), pembelajaran berbasis
projek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning), pembelajaran interaksi dinamis, dan pembelajaran kuantum (quantum
learning). Dibandingkan dengan falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya,
falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang disebut terakhir tampak
relatif lebih populer dan lebih banyak disambut gembira oleh kalangan di
Walaupun demikian, masih banyak pihak yang mengenali pembelajaran kuantum secara
terbatas – terutama terbatas pada bangun (konstruks) utamanya.
B.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah dari judul makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana
latar belakang atau sejarah kemunculan pembelajaran kuantum ?
2.
Apa
yang menjadi landasan pembelajaran kuantum ?
3.
Apa
saja prinsip dan strategi dalam pembelajaran kuantum ?
4.
Bagaimana
model pembelajaran kuantum ?.
C.
BATASAN MASALAH
Sangatlah penting bagi penulis dalam membatasi masalah untuk
membuat pembaca mudah memahaminya. Penulis hanya membahas tentang inovasi dalam
pembelajaran kuantum. Menjaga efesiensi judul makalah agar lebih terfokus pada
rumusan masalah dan judul makalah.
D. TUJUAN DAN
MANFAAT
1.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah.
2.
Membekali diri akan konsep-konsep dan teori-teori inovasi pembelajaran kuantum.
3. Agar mahasiswa/calon guru memahami inovasi
pada pembelajaran kuantum serta dapat menerapkan pembelajaran kuantum dalam
melaksanakan proses belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
LATAR BELAKANG
MUNCULNYA PEMBELAJARAN KUANTUM
Tokoh utama di balik pembelajaran
kuantum adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di
bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya
menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama
pembelajaran kuantum. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan
mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum di SuperCamp, sebuah lembaga
pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika
Serikat. SuperCamp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum,
sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna
pengembanga potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama
Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah
Singer-Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan
gagasan-gagasan pembelajaran kuantum kepada para remaja di SuperCamp selama
tahun-tahun awal dasawarsa 1980-an.
Pada tahap awal perkembangannya,
pembelajaran kuantum terutama dimaksudkan untuk membantu meningkatkan
keberhasilan hidup dan karier para remaja di rumah atau ruang-ruang rumah;
tidak dimaksudkan sebagai metode dan strategi pembelajaran untuk mencapai
keberhasilan lebih tinggi di sekolah atau ruang-ruang kelas. Lambat laun, orang
tua para remaja juga meminta kepada DePorter untuk mengadakan program program
pembelajaran kuantum bagi mereka.
Model pembelajaran kuantum dicetuskan oleh seorang pendidik berkebangsaan
Bulgaria Georgi Lozanov yang melakukan uji coba tentang sugesti dan
pengaruhnya terhadap faktor belajar, teorinya yang terkenal disebut
suggestology. Menurut Lozanov, pada prinsipnya sugesti itu mempengaruhi hasil
belajar. Teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif
dalam belajar diantaranya yaitu mendudukkan siswa secara nyaman, memasang musik
di dalam kelas atau lapangan, meningkatkan partisipasi siswa, menggunakan
poster-poster dalam menyampaikan suatu informasi, dan menyediakan guru-guru
yang berdedikasi tinggi.
Pembelajaran
kuantum sebagai salah satu model, strategi dan pendekatan pembelajaran
khususnya menyangkut keterampilan guru dalam merancang, mengembangkan dan
mengelola sistem pembelajaran sehingga guru mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif, menggairahkan, dan memiliki keterampilan hidup
(Kaifa, 1999). Dengan demikian model pembelajaran kuantum ini merupakan bentuk
inovasi penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar
momen belajar.
Demikianlah, metode pembelajaran kuantum merambah berbagai tempat
dan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting),
lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas
(sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran kuantum merupakan
falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus
diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
yang membentuk bangun pembelajaran kuantum. Pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang termuat dalam Quantum Learning selanjutnya diterapkan, dipraktikkan, dan atau diimplementasikan dalam lingkungan bisnis dan kelas (sekolah). Hal tersebut sekaligus memperlihatkan betapa populer dan menariknya falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum di Indonesia dan bagi komunitas masyarakat Indonesia. Popularitas dan kemenarikan pembelajaran kuantum makin tampak kuat-tinggi ketika frekuensi penyelenggaraan seminar-seminar, pelatihan-pelatihan, dan pengujicobaan pembelajaran kuantum di Indonesia makin tinggi.
yang membentuk bangun pembelajaran kuantum. Pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang termuat dalam Quantum Learning selanjutnya diterapkan, dipraktikkan, dan atau diimplementasikan dalam lingkungan bisnis dan kelas (sekolah). Hal tersebut sekaligus memperlihatkan betapa populer dan menariknya falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum di Indonesia dan bagi komunitas masyarakat Indonesia. Popularitas dan kemenarikan pembelajaran kuantum makin tampak kuat-tinggi ketika frekuensi penyelenggaraan seminar-seminar, pelatihan-pelatihan, dan pengujicobaan pembelajaran kuantum di Indonesia makin tinggi.
B.
LANDASAN PEMBELAJARAN
KUANTUM
Istilah
“Quantum” dipinjam dari dunia fisika yaitu interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya. Maksudnya dalam pembelajaran kuantum, pengubahan bermacam-macam
interaksi dalam kegiatan belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan
dan bakat alamiah guru dan siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi kemajuan
mereka dalam belajar secara aktif dan efisien. Selain itu, adanya proses
pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, penyertaan segala yang
berkaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan moment belajar, fokus
pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, seluruhnya adalah hal-hal yang
melandasi pembelajaran kuantum.
Ada dua konsep utama yang digunakan dalam pembelajaran kuantum dalam rangka
mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar yaitu :
1.
percepatan belajar melalui usaha sengaja untuk mengikis hambatan-hambatan
belajar tradisional;
2.
fasilitas belajar yang berarti mempermudah belajar.
Memahami kehidupan dan dunia anak, merupakan lisensi bagi para guru untuk
memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan siswa dalam meraih hasil
belajar yang optimal. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam hal ini
misalnya mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan peristiwa-peristiwa, pikiran
atau perasaan, tindakan yang diperolah siswa dalam kehidupan baik di rumah, di
sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Setelah kaitan itu terbentuk, maka
guru dapat memberikan pemahaman tentang materi pembelajaran yang disesuaikan
dengan kemampuan, perkembangan, dan minat bakat siswa.
Pemahaman terhadap “hakikat” siswa menjadi lebih penting sebagai “jembatan”
untuk menghubungkan dan memasukan “dunia kita” kepada dunia mereka.
Apabila seorang guru telah memahami dunia siswa, maka siswa telah merasa
diperlakukan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, sehinggga pembelajaran
akan menjadi harmonis seperti sebuah “orkestrasi” yang saling bertautan dan
saling mengisi. Sebuah pepatah mengatakan, ajarilah, tuntun, fasilitasi, dan
bimbinglah anak didik kalian, sesuai dengan kebutuhan dan daya pikirnya.
C.
PRINSIP DAN
STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN KUANTUM
1.
Prinsip utama pembelajaran kuantum
berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan
Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar). Setiap
bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap rancangan kurikulum, dan setiap
metode pembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama tersebut. Prinsip
tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dunia pembelajar sebagai langkah
pertama pembelajaran selain juga mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan
otentik memasuki kehidupan pembelajar. Untuk itu, pengajar dapat memanfaatkan
pengalaman-pengalaman yang dimiliki pembelajar sebagai titik tolaknya. Dengan
jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan pembelajar baik dalam bentuk
memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar menuju kesadaran dan ilmu yang
lebih luas.
2.
Dalam pembelajaran kuantum juga
berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni.
Selain memiliki lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur
dasar chord. Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar
pembelajaran kuantum. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini :
a. Segalanya berbicara, maksudnya adalah
seluruh lingkungan kelas hendaknya dirancang untuk dapat membawa pesan belajar
yang dapat diterima oleh siswa, ini berarti rancangan kurikulum dan rancangan
pembelajaran guru, informasi, dan bahasa tubuh, kata-kata, tindakan, gerakan,
dan seluruh kondisi lingkungan haruslah dapat berbicara membawa pesan-pesan
belajar bagi siswa.
b. Segalanya bertujuan, maksudnya semua
penggubahan pembelajaran tanpa terkecuali harus mempunyai tujuan-tujuan yang
jelas dan terkontrol. Sumber dan fasilitas yang terlibat dalam setiap
pembelajaran pada prinsipnya untuk membantu perubahan perilaku kognitif,
afektif, dan psikomotor.
c. Pengalaman sebelum pemberian nama,
maksudnya sebelum siswa belajar memberi nama (mendefinisikan,
mengkonseptualisasi, membedakan, mengkategorikan,) hendaknya telah memiliki
pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.
d. Mengakui setiap usaha, maksudnya semua usaha
belajar yang telah dilakukan siswa harus memperoleh pengakuan guru dan siswa
lainnya, pengakuan ini penting agar siswa selalu berani melangkah ke bagian
berikutanya dalam pembelajaran.
e. Merayakan keberhasilan, maksudnya setiap usaha
dan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan motivasi
untuk kemajuan dan peningkatan hasil belajar berikutnya.
Selanjutanya Bobby DePorter (1992), mengembangkan strategi pembelajaran kuantum
melalui istilah TANDUR, yaitu:
a. Tumbuhkan, yaitu dengan
memberikan apresiasi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan siswa telah
termotivasi untuk belajar dan memahami Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK).
b. Alami, berikan pengalaman nyata kepada
setiap siswa untuk mencoba.
c. Namai, sediakan kata kunci, konsep,
model, rumus, strategi dan metode lainnya.
d. Demonstrasikan, sediakan kesempatan
bagi siswa untuk menunjukkan kemampuannya.
e. Ulangi, beri kesempatan untuk
mengulangi apa yang telah dipelajarinya, sehingga setiap siswa merasakan
langsung dimana kesulitan akhirnya datang kesuksesan, kami bisa bahwa kami
memang bisa.
f. Rayakan, dimaksudkan sebagai respon
pengakuan yang proporsional.
D.
MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM
Model pembelajaran kuantum identik dengan sebuah simponi dan pertunjukan
musik. Maksudnya pembelajaran kuantum, memberdayakan sebuah potensi dan
lingkungan belajar yang ada, sehingga proses belajar menjadi suatu yang
menyenangkan dan bukan sebagai sesuatu yang memberatkan. Untuk dapat mengarah
yang dimaksud, ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1) optimalkan minat pada diri;
2) bertanggung jawab pada diri, sehingga anda akan mulai mengupayakan
segalanya terlaksana;
3) hargailah segala tugas yang telah selesai.
(Howard Gardner, dalam DePorter, 2002).
Tujuan pokok pembelajaran kuantum yaitu meningkatkan partisipasi siswa, melalui
pengubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar, meningkatkan daya
ingat dan rasa kebersamaan, meningkatkan daya dengar, dan meningkatkan
kehalusan perilaku. Berdasarkan prinsip dan asas landasan pembelajaran kuantum,
guru harus mampu mengorkestrasi kesuksesan belajar siswa. Dalam pembelajaran
kuantum, guru harus memiliki kemampuan untuk mengorkestrasi konteks dan kontens.
Konteks berkaitan dengan lingkungan pembelajaran, sedangkan konten berkaitan
dengan isi pembelajaran.
1)
Mengorkestrasi kesuksesan belajar
melalui lingkungan pembelajaran (konteks)
Dimensi konteks dalam pembelajaran kuntum dapat dikelompokkan menjadi empat
bagian, yaitu:
a. Suasana yang menggairahkan
Untuk menciptakan suasana yang dinamis dan menggairahkan dalam belajar,
guru atau fasilitator perlu memahami dan perlu menerapkan aspek-aspek
pembelajaran kuantum sebagai berikut.
- Kekuatan niat dan
berpandangan positif
- Menjalin rasa simpati
dan saling pengertian
- Keriangan dan ketakjuban
- Meu mengambil risiko
- Menumbuhkan rasa saling
memiliki
- Menunjukan keteladanan
Penelitian menunjukan, bahwa suasana kelas pembantu psikologis utama yang
mempengaruhi kegiatan belajar. Pada dasarnya kelas adalah arena belajar yang
dipengaruhi oleh emosi, itu sebabnya disarankan agar guru berupaya menciptakan
suasana melalui keenam aspek di atas. Guru juga dituntut untuk mengetahui
karakteristik emosional siswa, karena dengan mengetahui karakteristik
emosional siswa dapat membantu mereka mempercapat hasil belajar. Guru juga
harus memiliki kemampuan untuk memotivasi siswa, dan melakukan penghargaan
terhadap setiap upaya yang telah dilakuakan oleh siswa. Penghargaan tesebut
bukan hanya sekedar material, tetapi dalam bentuk lain seperti pujian, menepuk
pundak dsb. Guru perlu memperlakukan siswa sebagai manusia sederajat,
mengetahui pikiran, perasaan dan kesukaannya mengenai hal-hal yan terjadi dalam
kehidupan siswa, mengetahui apa yang menghambat mereka memperoleh hal-hal yang
mereka inginkan, berbicara dengan jujur dan menikmati kesenangan bersama
mereka.
b. Landasan yang kukuh
Setelah menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk belajar, langkah
selanjutnya yang mesti dilakukan adalah menciptakan landasan yang kukuh.
Menegakkan landasan yang kukuh dalam pembelajaran kuantum dengan cara:
mengkomunikasikan tujuan pembelajaran, mengukuhkan prinsip-prinsip keunggulan,
meyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa, kesepakatan, kebijakan, prosedur
dan peraturan, serta menjaga komunitas belajar tetap tumbuh dan belajar.
Penetapan landasan dapat dimulai dari penetapan tujuan. Hendaknya dalam
komunitas belajar antar pengajar dan pembelajar memiliki tujuan yang sama.
Tujuan dari siswa adalah mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi
pelajar yang lebih baik dan berinteraksi sebagai anggota komunitas dari
masyarakat belajar, dan mengembangkan kemampuan lain yang dianggap penting.
Sebaliknya tujuan dari pengajar adalah menciptakan agar siswa belajar yang
cakap dalam mata pelajaran yang disampaikan, lebih baik dan mampu berinteraksi
dalam masyarakat belajar. Dengan adanya kesamaan tujuan, maka upaya yang
dilakukan akan memiliki kesamaan, sehingga ada kesesuaian antara apa yang harus
dilakukan siswa dengan apa yang diinginkan guru. Kedua hal ini akan menjadi
prinsip yang dikembangkan dalam komunitas belajar. Pembelajaran kuantum
memiliki delapan kunci sukses yang dikembangkan, yaitu integritas, kegagalan
sebagai awal kesuksesan, bicara dengan niat yang baik, hidup saat ini,
komitmen, tanggung jawab, sikap luwes dan keseimbangan (DePorter, 1999).
c. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan kelas akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memusatkan
perhatian dan menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Dengan demikian dalam
pembelajaran kuantum guru memiliki kewajiban menata lingkungan yang dapat
mendukung situasi belajar dengan cara: mengorganisasilkan dan memanfaatkan
lingkungan sekitar, menggunakan alat bantu yang mewakili satu gagasan,
pengaturan formasi siswa, pemutaran musik yang sesuai dengan kondisi belajar.
d. Perancangan pengajaran yang dinamis
Guru dapat memasuki dunia siswa dalam proses
pembelajaran melalui perancangan pembelajaran. Disini diperlukan kemampuan guru
memasuki dunia siswa baik sebelum maupun saat berlangsungnya pembelajaran dapat
membawa sukses pembelajaran, karena membantu guru menyelesaikan proses
pembelajaran lebih cepat, lebih melekat dan lebih bemakna dengan hasil belajar
yang memuaskan. Pembelajaran kuantum memberikan beberapa kiat tentang cara
menyesuaikan pembelajaran dengan masing-masing modalitas belajar siswa,
memberikan strategi dan kiat tentang cara menyelesaikan pembelajaran dengan
masing-masing modalitas belajar siswa, memberikan strategi dan kiat tentang
menjalin mitra dengan siswa, sehingga guru merancang pembelajaran bermula
kelompok besar, dilanjutkan dengan belajar dalam kelompok kecil, diakhiri
dengan belajar secara perorangan. Berdasarkan strategi di atas, maka kiat
kerangka perancangan pembelajaran kuantum dilaksanakan sebagai perpaduan yang
disingkat dengan TANDUR yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Ulangi, dan Rayakan.
2)
Mengorkestrasikan Kesuksesan Belajar Melalui Konten/Isi
Dimensi konten/isi dalam pembelajaran kuantum
dikelompokkan menjadi empat bagian, dimana dua bagian mengkaji kemampuan guru
dalam melakukan presentasi dan fasilitasi, dua bagian lainnya memberikan tip
tentang kiat-kiat keterampilan belajar siswa dan keterampilan hidup.
a. Mengorkestrasi presentasi prima
Kemampuan guru mengorkestrasi presentasi prima merupakan kemampuan
berkomunikasi dengan menekankan interaksi sesuai dengan rancangan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Guru mengajarkan keterampilan hidup di tengah-tengah
keterampilan akademis, mengembangkan aspek fisik, mental dan spiritual para
siswa dengan memperhatikan kualitas interaksi antar siswa, antar siswa dengan
guru, dan antar siswa dengan kurikulum. Dalam berkomunikasi dengan siswa, guru
menyesuaikan pesan atau materi pelajaran dengan modalitas utama para siswanya,
karena itu guru harus menguasai prinsip-prinsip komunikasi secara visual,
auditorial, dan kinestetik yang diyakini sebagai jalan menuju kesuksesan
belajar.
Ketika guru mengajar, memberikan pengarahan, menata konteks, memberikan
umpan balik, hendaknya dilakukan empat prinsip komunikasi, yaitu: memunculkan
kesan yang diinginkan, mengarahkan perhatian, bersifat mengajak dan tepat
sasaran. Memunculkan kesan merupakan hal penting dalam belajar karena membantu
otak membuat citra tentang apa yang dipelajari melalui asosiasi. Mengarahkan
foskus perhatian juga penting karena dalam komunikasi otak memiliki kemampuan
menyerap banyak informasi dalam setiap waktu dari pesan-pesan yang diberikan
guru. Jika guru salah mengarahkan perhatian, maka informasi penting menjadi tak
tersadari. Bersifat mengajak pada prinsipnya berbeda dengan prinsip perintah
yang menunjukkan dominasi guru. Ajakan itu lebih menimbulkan asosiasi positif
tentang kebersamaan dan kerjasam secara kolaborasi untuk menghindari asosiasi
negatif terhadap dinamika guru. Namun ajakan tersebut harus bersifat spesifik
ditujukan langsung pada inti tujuan pembelajaran. Dalam berkomunikasi dengan
siswa, hendaknya guru berkeyakinan bahwa komunikasi non verbal sama ampuhnya
dengan komunikasi verbal. Komunikasi non verbal yang harus diperhatikan guru
adalah kontak mata, ekspresi wajah, nada suara, gerak tubuh, dan sosok
(postur).
b. Mengorkestrasi fasilitas yang
elegan
Mengorkestrasi fasilitas berarti memudahkan
interaksi siswa dengan kurikulum. Ini berarti juga memudahkan partisipasi
siswa dalam aktivitas belajar sesuai dengan yang diinginkan dengan tingkat
ketertarikan, minat, fokus, dan partisipasi yang optimal.
Fasilitas menciptakan strategi berpikir
bertujuan membantu siswa memudahkan belajar dilakukan dengan cara memberikan
ragam pertanyaan kepada siswa dengan maksud memperoleh respon, memberikan
dorongan dan menghargai serta mengakui partisipasi siswa dalam melatih
keterampilan berpikir siswa.
c. Mengorkestrasi keterampilan belajar dan keterampilan hidup
Dalam pembelajaran kuntum, keterampilan belajar
dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar dengan efisien dan cepat, dengan tetap mempertahankan
minat belajar, karena belajar dapat berlangsung secara terfokus tetapi santai.
Dalam membantu siswa mengorkestrasi ketrampilan
belajar, pembelajaran kuantum menekankan empat strategi yaitu :
1. Memanfaatkan gaya belajar,
2. keadaan prima untuk belajar,
3. mengorganisasikan informasi, dan
4. memunculkan potensi siswa.
Belajar dikelas perlu memanfaatkan gaya belajar
masing-masing siswa, yakni gaya belajar visual, auditorial, kinestetik. Untuk
mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, guru dapat memberikan tes gaya
belajar. Setelah mengetahui gaya belajar masing-masing, guru dapat menyesuaikan
rancangan pembelajaran dengan gaya belajar tersebut.
Gaya belajar visual akan berhasil jika siswa banyak membuat simbol dan gambar dalam catatannya. Siswa dengan
gaya belajar visual dapat menangkap isi pelajaran dengan baik melalui membaca
cepat secara keseluruhan yang membantunya mendapatkan gambaran umum.
Siswa dengan gaya belajar auditorial dapat
belajar melalui mendengarkan kuliah, contoh-contoh model, ceramah, ceritera dan
mengulang informasi. Biasanya siswa belajar auditorial menyenangi belajar
dengan mendengarkan musik. karena itu, mereka harus dibantu untuk menterjemahkan
informasi bentuk belajar ke dalam bentuk lagu yang sudah mereka kenal.
Siswa kinestetik menyukai proyek terapan,
praktek laboratorium, demonstrasi, simulasi dan bermain peran.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
falsafah dan
metodologi pembelajaran yang umum yang dapat diterapkan baik di dalam
lingkungan bisnis, lingkungan rumah, lingkungan perusahanan, maupun di dalam
lingkungan sekolah (pengajaran). Secara konseptual, falsafah dan metodologi
pembelajaran kuantum membawa angin segar bagi dunia pembelajaran di Indonesia
sebab karakteristik, prinsip-prinsip, dan pandangan-pandangannya jauh lebih
menyegarkan daripada falsafah dan metodologi pembelajaran yang sudah ada (yang
dominan watak behavioristis dan rasionalisme Cartesiannya).
Meskipun
demikian, secara nyata, keterandalan dan kebaikan falsafah dan metodologi
pembelajaran kuantum ini masih perlu diuji dan dikaji lebih lanjut. Lebih-lebih
kemungkinan penerapannya dalam lingkungan Indonesia baik lingkungan rumah, lingkungan
perusahaan, lingkungan bisnis maupun lingkungan kelas/sekolah (baca:
pengajaran). Khusus penerapannya di lingkungan kelas menuntut perubahan pola
berpikir para pelaksana pengajaran, budaya pengajaran dan pendidikan, dan
struktur organisasi sekolah dan struktur pembelajaran. Jika perubahan-perubahan
tersebut dapat dilakukan niscaya pembelajaran kuantum dapat dilaksanakan dengan
hasil yang optimal.
B.
SARAN
Penting sekali bagi guru untuk memahami gaya belajar peserta didik.
Setidak-tidaknya ada tiga gaya belajar yang harus diperhitungkan dalam proses
pembelajaran, yaitu gaya auditoris, gaya visual, dan gaya kinestetis.
Pembelajaran berlangsung efektif dan optimal bila tercipta atau
terdapat suasana nyaman, menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan
sehingga kenyamanan, kesenangan, kerileksan, dan kegairahan dalam pembelajaran
perlu diciptakan dan dipelihara. Pembelajar dapat mencapai hasil optimal bila
berada dalam suasana nyaman, menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan.
Untuk itu, baik lingkungan fisikal, lingkungan mental, dan suasana harus
dirancang sedemikian rupa agar membangkitkan kesan nyaman, rileks, menyenangkan,
sehat, dan menggairahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar