Kamis, 29 Januari 2015

Inovasi Pembelajaran Melalui Teknologi Informasi

BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah rendahnya kualitas pendidikan baik dilihat dari proses pendidikan yang sedang berjalan maupun produk hasil pendidikan itu sendiri. Tengoklah hasil laporan Bank Dunia tentang hasil tes membaca anak kelas IV SD Indonesia sangat memprihatinkan, belum lagi bidang matematika dari 38 negara, Indonesia menduduki peringkat ke 32. Sedangkan dari segi proses pendidikankhususnya pembelajaran sebagian besar guru di kita lebih cenderung pembelajaran dalam arti menanamkan materi pelajaran yang bertumpu pada aspek kognitif tingkat rendah seperti mengingat, menghafal, dan menumpuk informasi. Oleh karena itu, beragam tudingan yang disampaikan ke pihak pemerintah yang kurang peduli terhadap pendidikanbangsanya termasuk urusan pendidikan dasar khususnya SD.
Rendahnya kualitas produk pendidikan tersebut merupakan gambaran kualitas proses penyelenggaraan sistem pendidikan dimana terkait banyak unsur, namun proses belajar mengajar merupakan jantungnya pendidikam yang harus diperhitungkan karena pada kegiatan pembelajaran inilah transformasi berbagai konsep, nilai serta materi pendidikan diintegrasikan.
Dikaitkan dengan tuntutan masa depan yang bukan hanya bersifat kompetitif tapi juga sangat terkait dengan berbagai kemajuan teknologi dan informasi maka kualitas sistem pembelajaran yang dikembangkan harus mampu secara cepat memperbaiki berbagai kelemahan yang ada. Salah satu cara yang dapat dikembangkan adalah mengubah sistem pembelajaran konvensional dengan sistem pembelajaran yang lebih efektif dan efesien dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Pembelajaran dengan memanfaatkan sarana teknologi imformasi melalui jaringan internet merupakan salah satu alternatif yang tepat dan dapat mengatasi berbagai persoalan pembelajaran, walaupun sistem pendidikan di Indonesia keberadaannya sangat hetrogen karena terbentur masalah letak geografis yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan teknologi informasi.
Kita harus menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi telah memasuki berbagai sendi kehidupan, termasuk dunia pendidikan lebih khususnya pembelajaran telah diintervensi oleh keberadaan teknologi ini. Seiring dengan perkembangan aplikasi teknologi informasi dalam dunia pendidikan, maka berbagai bahan belajar pun telah diproduksi dan dikonsumsi oleh pembelajar melalui medium teknologi informasi dalam bentuk kemasan yang sangat bervariasi. Berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang mengandalkan guru sebagai sumber belajar yang pertama dan utama sedangkan sumber lain hanyalah pelengkap untuk kegiatan pembelajaran yang biasanya sudah digariskan dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Electronic Learning (E.Learning) pada hakekatnya adalah belajar atau pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer atau internet. Teknologi belajar seperti itu dapat juga disebut pembelajaran berbasis web. Pembahasan mengenai E-Learning ini merupakan fokus utama dalam pembelajaran modul ini, oleh karena itu secara rinci sajian materi modul ini meliputi penjelasan tentang: konsep pembelajaran Electronic Learning, model pengembangan pembelajaran melalui internet, dan kemasan bahan belajar melalui teknologi informasi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, masalah yang akan dikaji dalam makalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Apa saja pengembangan model pembelajaran melalui internet?
2.      Bagaimana kemasan dan teknologi pembelajaran melalui teknologi internet?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan.
       2. Memahami penngembangan model pembelajaran melalui internet
       3. Memahami kemasan dan teknologi pembelajaran melalui teknologi internet.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistem penulisan makalah ini adalah kajian pustaka, dengan mengkaji buku-buku pustaka dan mengacu pada pedoman penulisan pada karya ilmiah sesuai dengan di Universitas Muhammadiyah Palangakaraya.







BAB II
PEMBAHASAN
A.     PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MELALUI INTERNET
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi, terutama teknologi informasi dan komunikasi, telah menyebabkan dunia ini semakin mengecil dan membentuk seperti sebuah desa dunia. Batas-batas fisik negara satu dengan negara lainnya menjadi begitu kurang nampak dan secara non-fisik hampir tanpa batas. Globalisasi terjadi sebagai suatu proses mendunia yang tidak tertahankan dan tidak mungkin terelakan. Dengan demikian diperlukan upaya-upaya untuk mempersiapkan para siswa sejak dini guna memasuki jaman global yang menuntut kemampuan-kemampuan khusus. Para siswa sekarang yang sedang menuntut ilmu , pada dasarnya akan menjadi pelaku-pelaku utama pada jaman yang penuh dengan persaingan. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban para guru untuk memberi bekal kepada mereka agar bisa hidup di masa itu. Salah satu upaya untuk mempersiapkan siswa memasuki jaman global tersebut yaitu dengan mengembangkan berbagai pendekatan pembelajaran yang berorientasi ke masa depan.
1. Model-model Pembelajaran Internet
Ada tiga bentuk sistem pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet, yaitu:
a. Web Cource
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, dimana seluruh bagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah, namun hubungan atau komunikasi antara peserta didik dengan pengajar bisa dilakukan setiap saat. 
b. Web Centric Course
Sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka, walaupun dalam proses belajarnya sebagaian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi persentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan persentase proses pembelajaran melalui internet
c. Web Enhanced Course
Web Enhanced Course merupakan pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas.
2. Pengembangan Model Pembelajaran melalui Internet
Untuk mengembangkan sistem pembelajaran berbasis internet, terlebih dahulu
perlu dilakukan pengkajian atas seluruh unsur dan aspek sebagaimana telah diuraikan diatas, sehingga bisa didapatkan pegangan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet. Di samping itu juga diperlukan pertimbangan dan penilaian atas beberapa hal yang tidak kalah pentingnya antara lain:
a. Keuntungan
b. Biaya pengembangan infrastruktur serta pengadaan peralatan software.
c. Biaya operasional dan perawatan.
d. Sumberdaya manusia.
e. Siswa.
3. Aplikasi Pembelajaran melalui Teknologi Informasi
Dalam proses pembelajaran, aplikasi e-learning bisa mencakup aspek perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran pada dasarnya merupakan gambaran rencana yang memproyeksikan mengenai beberapa aktivitas dan tindakan yang akan dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Pada prinsipnya dalam perencanaan pembelajaran terdapat empat komponen utama, yaitu: materi/bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
Komponen tujuan berfungsi untuk menentukan arah kegiatan pembelajaran. Dari rumusan tujuan pembelajaran harus sudah terproyeksikan bagaimana proses berlangsungnya pembelajaran serta kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki siswa sebagai hasil belajar. Rumusan tujuan pembelajaran tidak hanya menggambarkan hasil, tetapi juga menggambarkan kegiatan atau proses.
Penetapan bahan ajar yang akan berfungsi untuk memberi makna terhadap upaya pencapaian tujuan. Dalam pembelajaran konvensional, bahan ajar untuk setiap mata pelajaran sudah tersedia dalam buku paket, dan secara tatap muka disampaikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran yang dipilihnya. Sedangkan bahan ajar untuk e-learning, selain dapat memanfaatkan buku sumber yang tersedia, juga dapat secara langsung mengakses bahan ajar/informasi pada beberapa halaman web yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian perolehan informasi pembelajaran akan bersifat lebih luas, mendalam, dan bervariasi.
Kegiatan belajar mengajar yang tercakup dalam perencanaan pembelajaran pada intinya berisi mengenai deskripsi materi/bahan ajar, metode pembelajaran, dan alat/media pembelajaran. Untuk kepentingan media pembelajaran berbasis e-learning, penentuan bahan ajar hanya memuat pokok-pokoknya saja, sementara deskripsi lengkap dari pokok-pokok bahan ajar disediakan dalam halaman web yang akan diakses siswa.
Evaluasi sebagai komponen terakhir dalam perecanaan pembelajaran berfungsi untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum tercapai. Melalui pendekatan pembelajaran berbasis e-learning, kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat melihat dan mengikuti suruhan-suruhan di halaman web. Bisa berupa pertanyaan, tugas-tugas, dan atau latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa.
Dalam implementasi pembelajaran, terdapat model penerapan e-learning yang bisa digunakan, yaitu: Selective Model, Sequential Model, Static Station Model, dan Laboratory Model.
1. Selective Model
Model selektif ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah sangat terbatas(misalnya hanya ada satu unit komputer). Di dalam model ini, guru harus memilih salahsatu alat atau media yang tersedia yang dirasakan tepat untuk menyampaikan bahanpelajaran. Jika guru menemukan bahan e-learning yang bermutu dari internet, maka dengan terpaksa guru hanya dapat menunjukan bahan pelajaran tersebut kepada siswa sebagai bahan demonstrasi saja. Jika terdapat lebih dari satu komputer di sekolah/kelas, maka siswa harus diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung.
2. Sequential Model
Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas (misalnya hanyadua atau tiga unit komputer). Para siswa dalam kelompok kecil secara bergiliran menggunakan komputer untuk mencari sumber pelajaran yang dibutuhkan. Siswa menggunakan bahan e-learning sebagai bahan rujukan atau untuk mencari informasibaru.
3. Static Station Model
Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas, sebagai mana halnya dalam sequential model. Di dalam model ini, guru mempunyai beberapa sumber belajar yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Bahan e-learning digunakan oleh satu atau dua kelompok siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kelompok siswa lainnya menggunakan sumber belajar yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama.
4. Laboratory Model
Model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/laboratorium yang dilengkapi dengan jaringan internet, di mana siswa dapat menggunakannya secara lebih leluasa (satu siswa satu komputer). Dalam hal ini, bahan e-learning dapat digunakan oleh seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri.
B.     KEMASAN DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN MELALUI TEKNOLOGI
INFORMASI
Proses pembelajaran di sekolah selama ini selalu menempatkan siswa sebagai objek yang harus diisi oleh sejumlah ragam informasi dan sejumlah bahan-bahan ajar setumpuk lainnya. Terjadi komunikasi hanya satu arah yaitu antara guru ke siswa dengan membelajarkan melalui pendekatan ekspositori yang merupakan andalan dalam metode pembelajaran. Interaksi pembelajaran guru-siswa semacam ini sudah berlangsung lama yang berdampak verbalisme semakin merajalela. Pembelajaran seperti ini masih bersifat konvensional karena keterlibatan guru dengan siswa dalam suatu ruang kelas dalam bentuk tatap muka langsung sesuatu yang amat penting. Hingga Mochtar Buchori (2000) telah mengkritik kondisi pendidikan di Indonesia yang telah merampas kreativitas dan daya tarik siswa, sekolah cenderung kurang terarah dikarenakan kurikulum yang tidak serasi, malahan sekolah cenderung bersifat menunggu perkembangan.
Perkembangan teknologi pembelajaran seperti ini memunculkan pembelajaran berbasis komputer, yang menyajikan kemasan bahan pembelajaran dalam bentuk hypermedia dan tidak terkecuali pembelajaran melalui internet seperti electronic mail. Kondisi ini dalam pembelajaran sangat menguntungkan terutama peserta didik akan terangsang untuk belajar, terjadi keaktipan belajar siswa, malahan siswa akan belajarlebih kreatif karena sumber belajar sangat bervareasi.

1. Hakikat Kemasan Bahan Belajar melalui Teknologi Informasi
Secara singkat, bahan belajar dapat diterjemahkan sebagai seperangkat materialyang digunakan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Hamalik (1995) menempatkan bahan belajar sebagai bagian dari unsur-unsur dinamis dalam proses belajar disamping motivasi siswa, alat bantu belajar, suasana belajar dan kondisi subjek belajar. Bahan belajar menurut Hamalik, merupakan unsur belajar yang penting diperhatikan oleh guru. Melalui bahan tersebut, siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Untuk itu, penentuan bahan belajar harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai apakah berupa pengetahuan, keterampilan, sikap atau pengalaman lainnya. Pada proses pembelajaran di sekolah, bahan-bahan belajar ini biasanya sudah digariskan dalam GBBP atau silabus.
a. Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Kita melihat ada teknologi komunikasi yang berfungsi untuk menyalurkan informasi, ada teknologi komunikasi yang berfungsi sebagai pengolah informasi dan ada juga teknologi komunikasi yang berfungsi sebagai penyimpan dan pengolah informasi. Fungsinya yang terakhir inilah menyebabkan kemudian ada orang yang menyebutkan teknologi komunikasi sebagai teknologi informasi.
Kelahiran istilah TI didasari perkembangan teknologi pengolahan data. Bila teknologi komunikasi merupakan alat untuk menambah kemampuan orang berkomunikasi, maka teknologi informasi adalah pengerjaan data oleh komputer dan telekomunikasi.
Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkum semua aspek yang berhubungan dengan mesin (komputer dan telekomunikasi). Berkaitan dengan aspek kemasan (package), maka informasi yang diolah dan disampaikan oleh komputer untuk kepentingan belajar inilah yang dikemas melalui sebuah proses pengemasan.
b. Pengembangan Bahan Pembelajaran
Bahan ajar atau learning materials merupakan bahan pembelajaran yang secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, bahan ajar yang lazimnya berisikan tentang semua cakupan materi dari semua mata pelajaran. Bahannya sendiri merupakan media atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran, bisa berupa pesan visual, audio maupun pesan audio visual. Secara umum media dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu bahan ajar yang tercetak dan bahan ajar yang tidak tercetak .
Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum suatu mata pelajaran, digunakan sebagai sumber utama pembelajaran seperti buku teks, ataupun bahan ajar yang sifatnya penunjang untuk kepentingan pengayaan atau bahan ajar yang berkatagori suplemen (penunjang). Bahan ajar sebagai sumber utama, siswa tidak perlu bersusah payah untuk mencari sumber lain, mereka cukup mempelajari bahan ajar utama dengan teliti. Penggunaan bahan ajar berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar bisa dibagi kedalam dua kategori, yaitu katagori bahan ajar yang digunakan dalam KBM dengan bimbingan lansung dari guru, seperti penggunaan buku teks sebagai bahan tatap muka. Kedua, bahan ajar yang digunakan siswa untuk belajar mandiri (individual study) tanpa bantuan guru, misalkan penggunaan modul atau bahan ajar lainnya yang dirancang secara khusus seperi BBM (Bahan Belajar Mandiri).
Bahan pembelajaran dapat dikatagorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bahan tercetak dan kelompok bahan non cetak. Yang termasuk bahan tercetak antara lain berupa buku, modul, komik, poster, dan lain-lain, sedangkan yang termasuk pada bahan ajar non cetak seperti: kaset audio, kaset video, vcd dan film.
2. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
a. Persiapan
Untuk menyusun suatu bahan ajar ada beberapa hal yang perlu disiapkan, khususnya yang berkaitan dengan kurikulum/GBPP, materi bahan ajar, dan sumber-sumber lain yang sekiranya akan diperlukan dalam penulisan bahan ajar, seperti: photo, gambar, bagan, atau yang lainnya.
Langkah pertama yang perlu disiapkan dan dipelajari tatkala akan menyusun bahan ajar adalah kurikulum/GBPP dari suatu bidang studi/mata pelajaran yang akan disusun bahan ajarnya. Kurikulum digunakan sebagai acuan, baik yang berkaitan dengan tujuan mata pelajaran, tujuan setiap topik (TPU), struktur materi bahan ajar, rancangan strategi/metode, dan pengembangan untuk kegiatan evaluasi.
Setelah kurikulum/GBPP di atas dipahami, langkah selanjutnya adalah mempelajari struktur materi dari bahan ajar yang dikembangkan, yakni terkait dengan scope dan sequence. Kedua hal ini harus dikembangkan sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek-aspek metodologis dan psikologis anak didik.
Langkah terakhir pada tahap persiapan ini adalah mengumpulkan berbagai sumber yang diperlukan, baik yang terkait dengan buku-buku, jurnal, makalah, dan bahan-bahan lain yang akan digunakan sebagai pelengkap bagi penulisan bahan ajar selanjutnya.
b. Penulisan Draft Bahan Ajar
Setelah bahan ajar disusun dan dikembangkan dengan menggunakan model tertentu, tahapan selanjutnya adalah diskusi isi draft bahan ajar. Bahan ajar yang telah didiskusikan dan telah mendapat berbagai masukan dari para ahli, kemudian direvisi sesuai dengan masukan yang ada.
c. Penyelesaian
Tahapan akhir dari kajian draft bahan ajar, adalah memperhatikan aspek kebahasaan, keterbacaan, kosa kata yang digunakan termasuk tingkat kesulitan bahasa dikaitkan dengan pengguna utama (target audience). Kemudian kelengkapan bahan penunjang lainnya seperti gambar, tabel, dan sebagainya.
3. Pengemasan Bahan Pembelajaran
Secara leksikal, kata “kemasan” merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “package”yang berarti “bungkus”, “pak” atau “paket”. Sedangkan kata”pengemasan” merupakan terjemahan dari kata “packaging” yang berarti mengepak atau membungkus. Dengan demikian kemasan dapat diartikan sebagai produk yang dihasilkan oleh kegiatan atau proses pengemasan yaitu proses desain dan pembuatan kemasan untuk barang eceran. Pengemasan diterapkan sama untuk semua produk konsumsi dan produk industrial.
Berdasarkan konsep kemasan dan pengemasan di atas, maka dapat dipahami bahwa aspek kemasan merupakan bagian dari proses perancangan (desain) yang berkaitan dengan fungsi dan penampilansebuah produk. Adapun produk yang dimaksud adalah bahan belajar melalui teknologi informasi. Dengan demikian bahan belajar (produk) yang dimaksud harus memenuhi persyaratan terlindungi dan terjaga dalam kondisi yang baik, memberi kesan mudah difungsikan, mudah didistribusikan secara ekonomis, efektif biayanya dan memiliki daya jual.
4. Kawasan Teknologi Pembelajaran
Berbagai pendekatan dapat digunakan oleh seorang perancang kemasan bahan belajar, salah satunya adalah dengan menggunakan kawasan teknologi pembelajaran. Dalam kawasan teknologi pembelajaran terdapat lima kawasan yang didasarinya, dimana peneliti dapat berkonsentrasi pada satu bidang kawasan.
Kawasan–kawasan yang dimaksud adalah kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan dan kawasan penilaian. Hubungan dari masing-masing kawasan dengan kawasan teknologi pembelajaran sebagai kawasan utama dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
a. Kawasan Desain
Kawasan ini seringkali membatasi pada fungsi perencanaan, baik pada tingkat makro dan mikro. Secara umum desain dalam kawasan teknologi pembelajaran adalah untuk menentukan kondisi belajar. Tujuannya untuk menciptakan strategi produk pada tingkat makro (Program dan kurikulum) dan mikro (pelajaran dan modul).
b. Kawasan Pengembangan
Kawasan pengembangan berakar dari persoalan produksi media. Pengembangan yang dimaksud adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan ini mencakup berbagai variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran dan tidak hanya terdiri dari perangkat keras pembelajaran melainkan juga perangkat lunaknya.
c. Kawasan pemanfaatan
Kawasan pemanfaatan merupakan kawasan tertua dari kawasan teknologi pembelajaran. Kawasan ini berasal dari gerakan pendidikan visual dengan didirikannya museum-museum sekolah. Salah satu bentuk konkritnya adalah mempersiapkan pameran untuk tujuan pembelajaran.
Fungsi kawasan ini sedemikian penting karena membicarakan kaitan antara pebelajar dengan bahan atau sistem pembelajaran. Fungsi ini sangat kritis karena pemanfaatan oleh pebelajar merupakan satu-satunya alasan dari bahan pembelajaran. Mengapa harus bersusah payah dengan pengadaan dan pembuatan bahan pembelajaran jika tidak digunakan atau tidak dapat dimanfaatkan.
d. Kawasan Pengelolaan
Kawasan ini meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkordinasian dan supervisi. Kompleksitas pengelolaan berbagai macam sumber, personel, usaha desain maupun pengembangan akan semakin meningkat dengan membesarnya usaha dari sebuah institusi pendidikan.
e. Kawasan Penilaian
Kawasan ini adalah kawasan dimana terjadi proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan pembelajar. Penilaian dimulai dengan analisis masalah sebagai langkah awal yang penting dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran, karena tujuan dan hambatan dijelaskan dalam langkah ini.
Penilaian sebagai komponen terakhir dalam pembelajaran berfungsi untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum tercapai. Melalui pendekatan pembelajaran e-learning, kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat melihat dan mengikuti suruhan-suruhan yang berada pada halaman web. Bisa berupa pertanyaan, tugas-tugas dan latihan yang harus dikerjakan siswa.






















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Model pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pertimbangan sistem pembelajaran dengan menggunakan internet adalah web course, web centric course dan web enhanced course. Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan bergantung dari sudut mana kebutuhan itu dapat dipenuhi. Hal itu menjadi pertimbangan untuk diambil sebuah keputusan tentang pengembangan pembelajaran melalui internet, seperti keuntungan bagi intitusi, biaya operasional dan perawatan serta pengembangan inprastruktur, sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi serta yang tak kalahpentingnya kesiapan siswa yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan internet.
Berdasarkan kajian dan pertimbangan selanjutnya pengembangan sistem pembelajaran dapat dilakukan melalui sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, software pengembang program pembelajaran dengan internet web course tools, dan pengembangan sendiri program pembelajaran. Masing-masing cara dapat dipilih bergantung model apa yang akan dipakai dalam implementasi pembelajaran melalui internet. Model yang dimaksud bisa dipilih selective model, squential model, atatic station model dan laboratory model.
Bahan belajar merupakan seperangkat material yang digunakan seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Bahan belajar dapat berupa dikemas sedemikian rupa agar menarik pembelajar sehingga mudah didistribusikan dengan efektif dan efesien dalam mencapai sasaran belajar. Bahan belajar dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu bahan ajar tercetak atau printed materials dan kelompok bahan belajar tidak tercetak atau non printed materials.
B.     SARAN - SARAN
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologipun terus berkembangan. Menjadi seorang guru haruslah bisa profesional dibidangnya dan kreatif dalam membuat media pembelajaran atau dalam melakasanakan kegiatan belajar mengjar. salah satunya yaitu  guru bisa saja menggunakan internet sebagai sarana belajar bagi siswa, namun dalam pemanfaatannya seorang guru harus bisa membimbing siswa agar bisa meanfaatkan internet sebagai sumber belajar yang positif.


DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2008. Media Komunikasi pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media pengajaran. Jogjakarta: DIVA Press
Nasution, S. 2010. Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Satori, Djam`an.2007. Modul Inovasi Pendidikan Dasar.Bandung: Program Magister Pendidikan Dasar SPS.


1 komentar:

  1. Trimakasih kpd admin yang telah memberikan bahan bacaan tentang pembelajaran berbasis TIK semoga bahan bacaan artikel ini,dapat memicu saya dalam mengerjakan tugas ahir saya... trimakasih

    BalasHapus