BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Salah
satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah rendahnya kualitas pendidikan baik dilihat dari proses
pendidikan yang sedang berjalan maupun produk hasil pendidikan itu sendiri. Tengoklah
hasil laporan Bank Dunia tentang hasil tes membaca anak kelas IV SD Indonesia
sangat memprihatinkan, belum lagi bidang matematika dari 38 negara, Indonesia
menduduki peringkat ke 32. Sedangkan dari segi proses pendidikankhususnya
pembelajaran sebagian besar guru di kita lebih cenderung pembelajaran dalam arti
menanamkan materi pelajaran yang bertumpu pada aspek kognitif tingkat rendah
seperti mengingat, menghafal, dan menumpuk informasi. Oleh karena itu, beragam tudingan
yang disampaikan ke pihak pemerintah yang kurang peduli terhadap
pendidikanbangsanya termasuk urusan pendidikan dasar khususnya SD.
Rendahnya
kualitas produk pendidikan tersebut merupakan gambaran kualitas proses penyelenggaraan
sistem pendidikan dimana terkait banyak unsur, namun proses belajar mengajar
merupakan jantungnya pendidikam yang harus diperhitungkan karena pada kegiatan
pembelajaran inilah transformasi berbagai konsep, nilai serta materi pendidikan
diintegrasikan.
Dikaitkan
dengan tuntutan masa depan yang bukan hanya bersifat kompetitif tapi juga sangat
terkait dengan berbagai kemajuan teknologi dan informasi maka kualitas sistem
pembelajaran yang dikembangkan harus mampu secara cepat memperbaiki berbagai
kelemahan yang ada. Salah satu cara yang dapat dikembangkan adalah mengubah
sistem pembelajaran konvensional dengan sistem pembelajaran yang lebih efektif
dan efesien dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Pembelajaran dengan
memanfaatkan sarana teknologi imformasi melalui jaringan internet merupakan salah
satu alternatif yang tepat dan dapat mengatasi berbagai persoalan pembelajaran,
walaupun sistem pendidikan di Indonesia keberadaannya sangat hetrogen karena terbentur
masalah letak geografis yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan teknologi
informasi.
Kita
harus menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi telah memasuki berbagai
sendi kehidupan, termasuk dunia pendidikan lebih khususnya pembelajaran telah
diintervensi oleh keberadaan teknologi ini. Seiring dengan perkembangan
aplikasi teknologi informasi dalam dunia pendidikan, maka berbagai bahan
belajar pun telah diproduksi dan dikonsumsi oleh pembelajar melalui medium
teknologi informasi dalam bentuk kemasan yang sangat bervariasi. Berbeda dengan
proses pembelajaran tradisional yang mengandalkan guru sebagai sumber belajar yang
pertama dan utama sedangkan sumber lain hanyalah pelengkap untuk kegiatan
pembelajaran yang biasanya sudah digariskan dalam Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP).
Electronic
Learning (E.Learning) pada hakekatnya adalah belajar atau pembelajaran melalui
pemanfaatan teknologi komputer atau internet. Teknologi belajar seperti itu
dapat juga disebut pembelajaran berbasis web. Pembahasan mengenai E-Learning
ini merupakan fokus utama dalam pembelajaran modul ini, oleh karena itu secara
rinci sajian materi modul ini meliputi penjelasan tentang: konsep pembelajaran
Electronic Learning, model pengembangan pembelajaran melalui internet, dan
kemasan bahan belajar melalui teknologi informasi.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang
dikemukakan di atas, masalah yang akan dikaji dalam makalah dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apa saja pengembangan model
pembelajaran melalui internet?
2. Bagaimana kemasan dan teknologi
pembelajaran melalui teknologi internet?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan
penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.
Memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan.
2. Memahami penngembangan model
pembelajaran melalui internet
3. Memahami kemasan dan teknologi
pembelajaran melalui teknologi internet.
D.
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistem
penulisan makalah ini adalah kajian pustaka, dengan mengkaji buku-buku pustaka
dan mengacu pada pedoman penulisan pada karya ilmiah sesuai dengan di
Universitas Muhammadiyah Palangakaraya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MELALUI INTERNET
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
pada era globalisasi, terutama teknologi informasi dan komunikasi, telah
menyebabkan dunia ini semakin mengecil dan membentuk seperti sebuah desa dunia.
Batas-batas fisik negara satu dengan negara lainnya menjadi begitu kurang
nampak dan secara non-fisik hampir tanpa batas. Globalisasi terjadi sebagai
suatu proses mendunia yang tidak tertahankan dan tidak mungkin terelakan.
Dengan demikian diperlukan upaya-upaya untuk mempersiapkan para siswa sejak
dini guna memasuki jaman global yang menuntut kemampuan-kemampuan khusus. Para
siswa sekarang yang sedang menuntut ilmu , pada dasarnya akan menjadi
pelaku-pelaku utama pada jaman yang penuh dengan persaingan. Oleh karena itu
sudah menjadi kewajiban para guru untuk memberi bekal kepada mereka agar bisa
hidup di masa itu. Salah satu upaya untuk mempersiapkan siswa memasuki jaman
global tersebut yaitu dengan mengembangkan berbagai pendekatan pembelajaran
yang berorientasi ke masa depan.
1.
Model-model
Pembelajaran Internet
Ada tiga bentuk sistem pembelajaran
melalui internet yang layak dipertimbangkan
sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet, yaitu:
a. Web Cource
Web course adalah penggunaan internet
untuk keperluan pembelajaran, dimana seluruh bagian bahan belajar, diskusi,
konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui
internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah, namun hubungan atau komunikasi
antara peserta didik dengan pengajar bisa dilakukan setiap saat.
b. Web Centric Course
Sebagian bahan belajar, diskusi,
konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui
internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan
dilakukan secara tatap muka, walaupun dalam proses belajarnya sebagaian
dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi persentase
tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan persentase proses pembelajaran
melalui internet
c. Web Enhanced Course
Web Enhanced Course merupakan
pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk
menunjang
peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan
nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas.
2.
Pengembangan Model Pembelajaran melalui Internet
Untuk mengembangkan sistem pembelajaran
berbasis internet, terlebih dahulu
perlu dilakukan pengkajian atas seluruh unsur dan
aspek sebagaimana telah diuraikan diatas, sehingga bisa didapatkan pegangan
sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pengembangan sistem pembelajaran
berbasis internet. Di samping itu juga diperlukan pertimbangan dan penilaian
atas beberapa hal yang tidak kalah pentingnya antara lain:
a. Keuntungan
b. Biaya pengembangan infrastruktur serta pengadaan
peralatan software.
c. Biaya operasional dan perawatan.
d. Sumberdaya manusia.
e. Siswa.
3.
Aplikasi Pembelajaran melalui Teknologi Informasi
Dalam proses
pembelajaran, aplikasi e-learning bisa mencakup aspek perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Perencanaan
pembelajaran pada dasarnya merupakan gambaran rencana yang memproyeksikan
mengenai beberapa aktivitas dan tindakan yang akan dilakukan pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Pada prinsipnya dalam perencanaan pembelajaran
terdapat empat komponen utama, yaitu: materi/bahan ajar, kegiatan belajar mengajar,
dan evaluasi.
Komponen tujuan
berfungsi untuk menentukan arah kegiatan pembelajaran. Dari rumusan tujuan
pembelajaran harus sudah terproyeksikan bagaimana proses berlangsungnya
pembelajaran serta kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki siswa sebagai hasil
belajar. Rumusan tujuan pembelajaran tidak hanya menggambarkan hasil, tetapi
juga menggambarkan kegiatan atau proses.
Penetapan bahan ajar
yang akan berfungsi untuk memberi makna terhadap upaya pencapaian tujuan. Dalam
pembelajaran konvensional, bahan ajar untuk setiap mata pelajaran sudah
tersedia dalam buku paket, dan secara tatap muka disampaikan oleh guru dengan
menggunakan metode pembelajaran yang dipilihnya. Sedangkan bahan ajar untuk
e-learning, selain dapat memanfaatkan buku sumber yang tersedia, juga dapat
secara langsung mengakses bahan ajar/informasi pada beberapa halaman web yang
telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian perolehan informasi pembelajaran akan
bersifat lebih luas, mendalam, dan bervariasi.
Kegiatan belajar
mengajar yang tercakup dalam perencanaan pembelajaran pada intinya berisi
mengenai deskripsi materi/bahan ajar, metode pembelajaran, dan alat/media pembelajaran.
Untuk kepentingan media pembelajaran berbasis e-learning, penentuan bahan ajar
hanya memuat pokok-pokoknya saja, sementara deskripsi lengkap dari pokok-pokok bahan
ajar disediakan dalam halaman web yang akan diakses siswa.
Evaluasi sebagai
komponen terakhir dalam perecanaan pembelajaran berfungsi untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah
tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum
tercapai. Melalui pendekatan pembelajaran berbasis e-learning, kegiatan
evaluasi untuk mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi, setiap siswa
dapat melihat dan mengikuti suruhan-suruhan
di halaman web. Bisa berupa pertanyaan, tugas-tugas, dan atau latihan-latihan
yang harus dikerjakan siswa.
Dalam implementasi
pembelajaran, terdapat model penerapan e-learning yang bisa digunakan, yaitu:
Selective Model, Sequential Model, Static Station Model, dan Laboratory Model.
1. Selective Model
Model selektif ini
digunakan jika jumlah komputer di sekolah sangat terbatas(misalnya hanya ada
satu unit komputer). Di dalam model ini, guru harus memilih salahsatu alat atau
media yang tersedia yang dirasakan tepat untuk menyampaikan bahanpelajaran.
Jika guru menemukan bahan e-learning yang bermutu dari internet, maka dengan terpaksa guru hanya dapat
menunjukan bahan pelajaran tersebut kepada siswa sebagai
bahan demonstrasi saja. Jika terdapat lebih dari satu komputer di
sekolah/kelas, maka
siswa harus diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung.
2. Sequential Model
Model ini digunakan
jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas (misalnya hanyadua atau tiga unit
komputer). Para siswa dalam kelompok kecil secara bergiliran menggunakan komputer untuk mencari
sumber pelajaran yang dibutuhkan. Siswa
menggunakan
bahan e-learning sebagai bahan rujukan atau untuk mencari informasibaru.
3. Static Station Model
Model ini digunakan
jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas, sebagai mana halnya
dalam sequential model. Di dalam model ini, guru mempunyai beberapa sumber belajar yang berbeda untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang sama. Bahan e-learning digunakan
oleh satu atau dua kelompok siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kelompok siswa
lainnya menggunakan sumber belajar yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
sama.
4. Laboratory Model
Model ini digunakan
jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/laboratorium yang dilengkapi dengan
jaringan internet, di mana siswa dapat menggunakannya secara lebih leluasa
(satu siswa satu komputer). Dalam hal ini, bahan e-learning dapat digunakan
oleh seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri.
B.
KEMASAN DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
MELALUI TEKNOLOGI
INFORMASI
Proses pembelajaran di sekolah selama
ini selalu menempatkan siswa sebagai objek
yang
harus diisi oleh sejumlah ragam informasi dan sejumlah bahan-bahan ajar
setumpuk lainnya. Terjadi komunikasi hanya satu arah yaitu antara guru ke siswa
dengan membelajarkan melalui pendekatan ekspositori yang merupakan andalan
dalam metode pembelajaran. Interaksi pembelajaran guru-siswa semacam ini sudah
berlangsung lama yang berdampak verbalisme semakin merajalela. Pembelajaran
seperti ini masih bersifat konvensional karena keterlibatan guru dengan siswa
dalam suatu ruang kelas dalam bentuk tatap muka langsung sesuatu yang amat
penting. Hingga Mochtar Buchori (2000) telah mengkritik kondisi pendidikan di
Indonesia yang telah merampas kreativitas dan daya tarik siswa, sekolah
cenderung kurang terarah dikarenakan kurikulum yang tidak serasi, malahan
sekolah cenderung bersifat menunggu perkembangan.
Perkembangan teknologi pembelajaran
seperti ini memunculkan pembelajaran berbasis komputer, yang menyajikan kemasan
bahan pembelajaran dalam bentuk hypermedia dan tidak terkecuali pembelajaran
melalui internet seperti electronic mail. Kondisi ini dalam pembelajaran sangat
menguntungkan terutama peserta didik akan terangsang untuk belajar, terjadi
keaktipan belajar siswa, malahan siswa akan belajarlebih kreatif karena sumber
belajar sangat bervareasi.
1.
Hakikat Kemasan Bahan Belajar melalui Teknologi Informasi
Secara singkat, bahan
belajar dapat diterjemahkan sebagai seperangkat materialyang digunakan oleh
seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Hamalik (1995) menempatkan bahan
belajar sebagai bagian dari unsur-unsur dinamis dalam proses belajar disamping
motivasi siswa, alat bantu belajar, suasana belajar dan kondisi subjek belajar.
Bahan belajar menurut Hamalik, merupakan unsur belajar yang penting
diperhatikan oleh guru. Melalui bahan tersebut, siswa dapat mempelajari hal-hal
yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Untuk itu, penentuan bahan
belajar harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai apakah berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap atau pengalaman lainnya. Pada proses
pembelajaran di sekolah, bahan-bahan belajar ini biasanya sudah digariskan
dalam GBBP atau silabus.
a. Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Kita melihat ada teknologi komunikasi
yang berfungsi untuk menyalurkan informasi, ada teknologi komunikasi yang
berfungsi sebagai pengolah informasi dan ada juga teknologi komunikasi yang
berfungsi sebagai
penyimpan dan pengolah informasi. Fungsinya yang terakhir inilah menyebabkan
kemudian ada orang yang menyebutkan teknologi komunikasi sebagai teknologi informasi.
Kelahiran istilah TI didasari
perkembangan teknologi
pengolahan data. Bila teknologi komunikasi merupakan alat untuk menambah
kemampuan orang berkomunikasi, maka teknologi informasi adalah pengerjaan data
oleh komputer dan telekomunikasi.
Dalam konteks yang lebih luas, teknologi
informasi merangkum semua aspek yang berhubungan dengan mesin (komputer dan
telekomunikasi). Berkaitan dengan aspek kemasan (package), maka informasi yang
diolah dan disampaikan oleh komputer untuk kepentingan belajar inilah yang
dikemas melalui sebuah proses pengemasan.
b. Pengembangan Bahan Pembelajaran
Bahan ajar atau learning materials
merupakan bahan pembelajaran yang secara langsung digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian, bahan ajar yang lazimnya berisikan tentang semua
cakupan materi dari semua mata pelajaran. Bahannya sendiri merupakan media atau
sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran, bisa berupa
pesan visual, audio maupun pesan audio visual. Secara umum media dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan, dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu
bahan ajar yang tercetak dan bahan ajar yang tidak tercetak .
Bahan ajar yang dikembangkan harus
sesuai dengan kurikulum suatu mata pelajaran, digunakan sebagai sumber utama
pembelajaran seperti buku teks, ataupun bahan ajar yang sifatnya penunjang
untuk kepentingan pengayaan atau bahan ajar yang berkatagori suplemen
(penunjang). Bahan ajar sebagai sumber utama, siswa tidak perlu bersusah payah
untuk mencari sumber lain, mereka cukup mempelajari bahan ajar utama dengan
teliti. Penggunaan bahan ajar berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar bisa
dibagi kedalam dua kategori, yaitu katagori bahan ajar yang digunakan dalam KBM
dengan bimbingan lansung dari guru,
seperti penggunaan buku teks sebagai bahan tatap muka. Kedua, bahan ajar yang
digunakan siswa untuk belajar mandiri
(individual
study) tanpa bantuan guru, misalkan penggunaan modul atau bahan ajar lainnya
yang dirancang secara khusus seperi BBM (Bahan Belajar Mandiri).
Bahan pembelajaran dapat dikatagorikan
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bahan tercetak dan kelompok bahan non cetak. Yang termasuk bahan
tercetak antara lain berupa buku, modul, komik, poster, dan lain-lain,
sedangkan yang termasuk pada bahan ajar non cetak seperti: kaset audio, kaset
video, vcd dan film.
2.
Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
a. Persiapan
Untuk menyusun suatu bahan ajar ada
beberapa hal yang perlu disiapkan, khususnya yang berkaitan dengan
kurikulum/GBPP, materi bahan ajar, dan sumber-sumber lain yang sekiranya akan
diperlukan dalam penulisan bahan ajar, seperti: photo, gambar, bagan, atau yang
lainnya.
Langkah pertama yang perlu disiapkan dan
dipelajari tatkala akan menyusun bahan ajar adalah kurikulum/GBPP dari suatu
bidang studi/mata pelajaran yang akan disusun bahan ajarnya. Kurikulum
digunakan sebagai acuan, baik yang berkaitan dengan tujuan mata pelajaran,
tujuan setiap topik (TPU), struktur materi bahan ajar, rancangan strategi/metode, dan pengembangan
untuk kegiatan evaluasi.
Setelah kurikulum/GBPP di atas dipahami,
langkah selanjutnya adalah mempelajari struktur materi dari bahan ajar yang
dikembangkan, yakni terkait dengan scope dan sequence. Kedua hal
ini harus dikembangkan sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek-aspek metodologis dan
psikologis anak didik.
Langkah terakhir pada tahap persiapan
ini adalah mengumpulkan berbagai sumber yang diperlukan, baik yang terkait
dengan buku-buku, jurnal, makalah, dan bahan-bahan lain yang akan digunakan
sebagai pelengkap bagi penulisan bahan ajar selanjutnya.
b. Penulisan Draft Bahan Ajar
Setelah bahan ajar disusun dan
dikembangkan dengan menggunakan model tertentu, tahapan
selanjutnya adalah diskusi isi draft bahan ajar. Bahan ajar yang telah
didiskusikan dan telah mendapat berbagai masukan dari para ahli, kemudian
direvisi sesuai dengan masukan yang ada.
c. Penyelesaian
Tahapan akhir dari kajian draft bahan
ajar, adalah memperhatikan aspek kebahasaan,
keterbacaan,
kosa kata yang digunakan termasuk tingkat kesulitan bahasa dikaitkan dengan
pengguna utama (target audience). Kemudian kelengkapan bahan penunjang lainnya
seperti gambar, tabel, dan sebagainya.
3.
Pengemasan Bahan Pembelajaran
Secara leksikal, kata “kemasan”
merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “package”yang berarti “bungkus”, “pak”
atau “paket”. Sedangkan kata”pengemasan” merupakan terjemahan dari kata
“packaging” yang berarti mengepak atau membungkus. Dengan demikian kemasan
dapat diartikan sebagai produk yang dihasilkan oleh kegiatan atau proses
pengemasan yaitu proses desain dan pembuatan kemasan untuk barang eceran.
Pengemasan diterapkan sama untuk semua produk konsumsi dan produk industrial.
Berdasarkan konsep kemasan dan
pengemasan di atas, maka dapat dipahami bahwa aspek kemasan merupakan bagian
dari proses perancangan (desain) yang berkaitan dengan fungsi dan
penampilansebuah produk. Adapun produk yang dimaksud adalah bahan belajar
melalui teknologi informasi. Dengan demikian bahan belajar (produk) yang
dimaksud harus memenuhi persyaratan terlindungi dan terjaga dalam kondisi yang
baik, memberi kesan mudah difungsikan, mudah didistribusikan secara ekonomis,
efektif biayanya dan memiliki daya jual.
4.
Kawasan Teknologi Pembelajaran
Berbagai pendekatan dapat digunakan oleh
seorang perancang kemasan bahan belajar, salah satunya adalah dengan
menggunakan kawasan teknologi pembelajaran. Dalam kawasan teknologi
pembelajaran terdapat lima kawasan yang didasarinya, dimana peneliti dapat
berkonsentrasi pada satu bidang kawasan.
Kawasan–kawasan yang dimaksud adalah
kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan
dan kawasan penilaian. Hubungan dari masing-masing kawasan dengan kawasan
teknologi pembelajaran sebagai kawasan utama dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut:
a. Kawasan Desain
Kawasan ini seringkali
membatasi pada fungsi perencanaan, baik pada tingkat makro dan mikro. Secara
umum desain dalam kawasan teknologi pembelajaran adalah untuk menentukan
kondisi belajar. Tujuannya untuk menciptakan strategi produk pada tingkat makro
(Program dan kurikulum) dan mikro (pelajaran dan modul).
b. Kawasan Pengembangan
Kawasan pengembangan berakar dari persoalan
produksi media. Pengembangan yang
dimaksud adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan ini mencakup berbagai
variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran dan tidak hanya terdiri
dari perangkat keras pembelajaran melainkan juga perangkat lunaknya.
c. Kawasan
pemanfaatan
Kawasan pemanfaatan merupakan kawasan
tertua dari kawasan teknologi pembelajaran. Kawasan ini berasal dari gerakan
pendidikan visual dengan didirikannya museum-museum sekolah. Salah satu bentuk
konkritnya adalah mempersiapkan pameran untuk tujuan pembelajaran.
Fungsi kawasan ini sedemikian penting
karena membicarakan kaitan antara pebelajar dengan bahan atau sistem
pembelajaran. Fungsi
ini sangat kritis karena pemanfaatan oleh pebelajar merupakan satu-satunya
alasan dari bahan pembelajaran. Mengapa harus bersusah payah dengan pengadaan
dan pembuatan bahan pembelajaran jika tidak digunakan atau tidak dapat
dimanfaatkan.
d. Kawasan Pengelolaan
Kawasan ini meliputi
pengendalian teknologi pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian,
pengkordinasian dan supervisi. Kompleksitas pengelolaan berbagai macam sumber,
personel, usaha desain maupun pengembangan akan semakin meningkat dengan
membesarnya usaha dari sebuah institusi pendidikan.
e. Kawasan Penilaian
Kawasan ini adalah kawasan dimana
terjadi proses penentuan memadai tidaknya
pembelajaran
dan pembelajar. Penilaian dimulai dengan analisis masalah sebagai langkah awal yang penting dalam
pengembangan dan penilaian pembelajaran, karena tujuan dan hambatan dijelaskan
dalam langkah ini.
Penilaian sebagai komponen terakhir
dalam pembelajaran berfungsi untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah
tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum
tercapai. Melalui pendekatan pembelajaran e-learning, kegiatan evaluasi untuk
mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat melihat
dan mengikuti suruhan-suruhan yang berada pada halaman web. Bisa berupa
pertanyaan, tugas-tugas dan latihan yang harus dikerjakan siswa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Model pembelajaran melalui internet yang
layak dipertimbangkan sebagai dasar pertimbangan sistem pembelajaran dengan
menggunakan internet adalah web course, web centric course dan web enhanced
course. Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan bergantung dari sudut
mana kebutuhan itu dapat dipenuhi. Hal itu menjadi pertimbangan untuk diambil
sebuah keputusan tentang pengembangan pembelajaran melalui internet, seperti
keuntungan bagi intitusi, biaya operasional dan perawatan serta pengembangan
inprastruktur, sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan integritas yang
tinggi serta yang tak kalahpentingnya kesiapan siswa yang akan mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan internet.
Berdasarkan kajian dan
pertimbangan selanjutnya pengembangan sistem pembelajaran dapat dilakukan
melalui sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, software pengembang
program pembelajaran dengan internet web course tools, dan pengembangan sendiri
program pembelajaran. Masing-masing cara dapat dipilih bergantung model apa
yang akan dipakai dalam implementasi pembelajaran melalui internet. Model yang
dimaksud bisa dipilih selective model, squential model, atatic station model
dan laboratory model.
Bahan belajar merupakan
seperangkat material yang digunakan seseorang untuk melakukan kegiatan belajar.
Bahan belajar dapat berupa dikemas sedemikian rupa agar menarik pembelajar
sehingga mudah didistribusikan dengan efektif dan efesien dalam mencapai
sasaran belajar. Bahan belajar dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu
bahan ajar tercetak atau printed materials dan kelompok bahan belajar tidak
tercetak atau non printed materials.
B. SARAN
- SARAN
Seiring dengan perkembangan zaman,
teknologipun terus berkembangan. Menjadi seorang guru haruslah bisa profesional
dibidangnya dan kreatif dalam membuat media pembelajaran atau dalam
melakasanakan kegiatan belajar mengjar. salah satunya yaitu guru bisa saja menggunakan internet sebagai
sarana belajar bagi siswa, namun dalam pemanfaatannya seorang guru harus bisa
membimbing siswa agar bisa meanfaatkan internet sebagai sumber belajar yang
positif.
DAFTAR
PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2008. Media Komunikasi pendidikan. Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media pengajaran.
Jogjakarta: DIVA Press
Nasution, S. 2010. Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Satori, Djam`an.2007. Modul Inovasi Pendidikan Dasar.Bandung: Program Magister Pendidikan Dasar
SPS.
Trimakasih kpd admin yang telah memberikan bahan bacaan tentang pembelajaran berbasis TIK semoga bahan bacaan artikel ini,dapat memicu saya dalam mengerjakan tugas ahir saya... trimakasih
BalasHapus